Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks PM Zimbabwe Disiapkan Jadi Wakil Emmerson Mnangagwa?

Kompas.com - 16/11/2017, 17:52 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

HARARE, KOMPAS.com - Satu per satu lawan politik Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, mulai kembali.

Antara lain mantan Perdana Menteri Morgan Tsvangirai, yang menjabat pada 2009 hingga 2013 sebelum Mugabe menghilangkan jabatan perdana menteri.

Pada 2008, Tsvangirai pernah menantang Mugabe dalam pemilihan presiden. Namun, di saat terakhir, dia memilih mundur dengan alasan kekhawatiran pendukungnya akan dibunuh Mugabe.

Sebelumnya pada 2003, Tsvangirai ditangkap dengan tuduhan percobaan kudeta terhadap Mugabe meski kemudian tidak ada bukti yang cukup kuat akan dakwaan tersebut.

Selain itu, Tsvangirai juga disorot atas aksi Operasi Gukurahundi pada 3 Januari 1983. Insiden itu menewaskan 30.000 orang masyarakat Ndebele.

Sky News melansir, Tsvangirai terlihat berada dalam pesawat yang membawanya ke Harare.

Baca juga : Apakah China Restui Kudeta Militer di Zimbabwe?

"Semua orang berkumpul untuk melihat bagaimana kondisi ini akan berlanjut, dan apa yang bisa mereka dapatkan dari peristiwa ini," demikian reportase Sky News.

The Independent via Daily Post kemudian memberitakan, politisi 65 tahun itu digadang-gadang bakal menjadi wakil dari Emmerson Mnangagwa.

Apalagi, sebuah akun Twitter yang mengatasnamakan pemerintahan Zimbabwe sudah menyatakan Mnangagwa bakal dilantik sebagai acting Presiden Jumat (17/11/2017).

"Kamerad Mugabe sudah mengundurkan diri, dan akan digantikan Yang Mulia Emmerson Mnangagwa," demikian tweet akun itu.

Dalam pantauan Kompas.com, muncul akun Mnangagwa dengan nama @presmnangagwa di akun pemerintah Zimbabwe.

Akun tersebut menyatakan dia akan menjabat sebagai pelaksana tugas presiden dalam waktu yang tepat setelah krisis ini berakhir.

Meski netizen meragukan apakah akun tersebut asli atau tidak.

Adapun Mnangagwa dilaporkan sudah berada di Harare sejak Rabu (15/11/2017).

Sementara itu, mantan wakil perdana menteri Arthur Mutambara menyambut baik intervensi militer untuk menghentikan kediktatoran Mugabe.

Mutambara berujar, rakyat tidak akan bersimpati dengan Mugabe setelah pemerintahannya membuat Zimbabwe mengalami krisis ekonomi.

"Ini waktu yang tepat untuk mencermati visi, kepemimpinan, strategi, dan refleksi yang ada di Zimbabwe," kata Mutambara.

Baca juga : Mengapa Tak Ada Sukacita di Jalanan Sambut Kudeta terhadap Mugabe?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com