Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Tak Ada Sukacita di Jalanan Sambut Kudeta terhadap Mugabe?

Kompas.com - 16/11/2017, 11:49 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

HARARE, KOMPAS.com — Perlukah rakyat Zimbabwe bersukacita saat ini? Ketika Presiden Robert Mugabe yang berkuasa sejak 1980 sedang menjadi tahanan rumah setelah dikudeta militer.

Namun, mengapa tidak ada sambutan dari rakyat yang memenuhi jalanan?

Jutaan warga Zimbabwe ternyata hanya terpaku pada layar mereka, melihat berbagai harapan dan keputusasaan pada setiap kicauan di Twitter.

Mereka membaca setiap berita, rumor, dan perkembangan terkini terkait negaranya.

Laman BBC menulis, sampai Rabu (15/11/2017) malam, nama Mugabe di media sosial disinggung hampir 250.000 kali dan banyak yang mengaitkan dengan dugaan korupsi.

"Semua akun Grace Mugabe di dunia harus dibekukan dan dana dikembalikan kepada rakyat Zimbabwe untuk membangun kembali negara," cuit salah seorang pengguna Twitter, Carl Anhaeusser.

Baca juga: Grace Gucci Mugabe: Sosok Sentral di Tengah Kudeta Militer Zimbabwe

Selain itu, terlihat beberapa orang berusaha keluar dan berdiri lagi di antrean bank yang tak ada habisnya.

Jadi, mengapa mereka tidak merayakan sukacita di jalanan?

Dilansir dari The Guardian, Kamis (16/11/2017), alasannya karena pria yang diyakini sebagai presiden selanjutnya, mantan wakil Mugabe, Emmerson Mnangagwa, dianggap memiliki nilai kepemimpinan seperti Mugabe.

Awalnya, Mugabe memerintah Zimbabwe dengan tangan halus hingga akhirnya terjadi penindasan terhadap jutaan warga Zimbabwe di pertengahan 1990-an.

Ribuan orang dari kelompok etnis Ndebele dibantai dalam pembersihan Gukurahundi pada awal 1980-an. Terkait kesehatan, banyak wanita dan bayi meninggal saat proses kelahiran, lebih banyak daripada di tempat lain di Afrika.

Selain itu, aktivis oposisi dipukuli dan disiksa sampai mati, wartawan diculik dan tidak pernah terlihat lagi.

Baca juga: Pemecatan Wapres yang Berujung Runtuhnya Kekuasaan Mugabe

Sementara itu, sejak awal, Mnangagwa merupakan tangan kanan Mugabe. Dia adalah menteri yang diklaim bertanggung jawab atas pembantaian Gukurahundi.

Dia dituduh mendalangi kekerasan dalam pemilu, penculikan, pemerasan, perampasan sumber daya nasional, dan kejahatan lain.

Mnangagwa tidak pernah mendapat dukungan rakyat. Dia pernah gagal menduduki jabatannya selama dua kali dalam pemilu hingga dia mengubah konstituensinya ke daerah asalnya.

Saat pemilu itu, berbagai tuduhan atas kekerasan dan intimidasi mewarnai proses terpilihnya Mnangagwa mendampingi Mugabe.

Selama 10 tahun, dia duduk di parlemen sebagai orang yang ditunjuk Mugabe, bukan pilihan dari rakyat.

Pada 37 tahun lalu, rakyat Rhodesia (kini Zimbabwe) pernah turun ke jalan untuk bersukacita menyambut Mugabe sebagai pahlawan kemerdekaan. Namun, kini, hal itu tak terjadi lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com