Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Robert Mugabe, Pahlawan Kemerdekaan yang Menjadi Diktator

Kompas.com - 15/11/2017, 18:07 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

HARARE, KOMPAS.com - Suatu hari Presiden Zimbabwe Robert Gabriel Mugabe pernah sesumbar bahwa dia akan berkuasa hingga usia 100 tahun.

Namun, di usianya yang ke-93 genggamannya terhadap kekuasaan semakin lemah di tengah ketegangan antara partai Zanu-PF dan militer yang menyokong kekuasaannya.

Awalnya, Mugabe dipuja sebagai sosok pembebas yang mengusir pemerintahan minoritas kulit putih di Rhodesia, nama lama Zimbabwe.

Tak butuh waktu lama Mugabe kemudian disebut sebagai sosok penganiaya setelah menyingkirkan lawan-lawan politiknya dan menghancurkan perekonomian negara.

Baca juga : Militer Zimbabwe Jamin Keselamatan Mugabe dan Keluarganya

Mantan tahanan politik dan gerilyawan ini naik ke tampuk kekuasaan setelah memenangkan pemilihan umum pada 1980.

Pemilu digelar setelah didahului pemberontakan berdarah dan sanksi ekonomi yang memaksa pemerintah Rhodesia bersedia bernegosiasi.

Setelah berkuasa, awalnya Mugabe mendapat pujian karena mendeklarasikan kebijakan rekonsiliasi ras serta memperbaiki layanan kesehatan dan pendidikan bagi warga mayoritas kulit hitam.

Namun, semua prestasinya itu hilang dengan cepat.

Setelah bebas dari penjara pada 1974, Mugabe memimpin Persatuan Nasional Afrika Zimbabwe (ZANU) dan sayap militernya yang kemudian mengobarkan pemberontakan terhadap pemerintah.

Rekannya dalam pemberontakan adalah Joshua Nkomo, pemimpin Persatuan Rakyat Zimbabwe Afrika (ZAPU) yang akhirnya sama-sama mengendalikan Zimbabwe.

Namun, Nkomo pula yang menjadi korban pertama politik Mugabe. Pada 1982, Nkomo dipecat setelah aparat keamanan menemukan gudang senjata di kediaman Nkomo di provinsi Matabeleland.

Baca juga : Liga Pemuda Zanu-PF Siap Mati untuk Membela Presiden Mugabe

Mugabe, yang disokong etnis mayoritas Shona, kemudian mengerahkan pasuka Brigade Kelima yang dilatih Korea Utara untuk menyerang warga Ndebele, suku asal Joshua Nkomo.

Dalam sebuah kampanye militer bernama Gukurahundi, sebanyak 20.000 warga Ndebele yang dituduh hendak memberontak tewas.

Halaman:
Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com