Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/11/2017, 15:40 WIB
|
EditorVeronika Yasinta


LONDON, KOMPAS.com - Indeks Terorisme Global (GTI) melaporkan jumlah korban tewas akibat aksi penyerangan ekstremis menurun di tahun kedua pada 2016.

Laporan yang disusun oleh Institut Ekonomi dan Perdamaian Australia itu menunjukkan adanya 25.673 kematian tahun lalu yang terkait dengan aksi teror. Angka itu menurun 22 persen dibanding 2014.

Dilansir dari AFP, Rabu (15/11/2017), penurunan signifikan terjadi di Suriah, Pakistan, dan Afganistan.

Namun, 77 negara telah mengalami setidaknya satu serangan fatal. Angka itu merupakan tertinggi dibandingkan Basis Data Terorisme Global (GTD) yang dibentuk pada17 tahun lalu.

Baca juga : Militer AS Bunuh 40 Militan ISIS di Somalia

Kumpulan data GTD yang disusun oleh Universitas Maryland itu dianggap paling komprehensif secara global karena menyediakan data kejadian terorisme sejak 1970 hingga 2016.

GTI menyebutkan penurunan jumlah korban menjadi hal positif dan sebuah titik balik untuk memerangi kelompok radikal.

Jumlah kematian akibat aksi teror Boko Haram di Nigeria menurun 80 persen pada tahun lalu.

Namun, kematian terkait kelompok Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS) justru meningkat 40 persen di Irak pada tahun lalu.

Baca juga : PM Irak: Perang Anti-ISIS Habiskan Rp 1.350 Triliun

Selain itu, GTI menemukan adanya kemungkinan para pejuang ISIS untuk bergabung dengan cabang radikal baru di negara lain yang berpotensi menjadi ancaman.

Di Afganistan, GTI menggambarkan tahun lalu sebagai hal "kompleks" karena Taliban telah mengurangi serangan terhadap warga sipil, namun justru meningkatkan konflik dengan pasukan pemerintah.

Di Eropa dan negara maju lainnya, tahun lalu merupakan tahun paling mematikan terkait terorisme sejak 1988, tidak termasuk serangan 11 September 2001 di New York.

Pada paruh pertama 2017, GTI melaporkan penurunan tajam pada jumlah kematian akibat serangan ISIS.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com