Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Direktur Studi Renaisans Afrika: Zimbabwe Tidak Akan Mengakui Grace Mugabe Jadi Pemimpin

Kompas.com - 14/11/2017, 19:45 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

HARARE, KOMPAS.com - Rakyat dan militer Zimbabwe tidak akan pernah mengakui istri Presiden Robert Mugabe, Grace Mugabe, sebagai pemimpin mereka.

Pernyataan itu dilontarkan oleh Direktur Pusat Studi Renaisans Afrika di Universitas Afrika Selatan, Shadrack Gutto.

Sebelumnya, Mugabe melakukan aksi pembersihan di internal kabinet maupun partai yang dipimpinnya, Zanu-PF, demi memuluskan jalan sang istri sebagai presiden.

Pembersihan itu membuat wakil sekaligus sekutu paling loyal Mugabe, Emmerson Mnangagwa, terdepak pekan lalu (6/11/2017).

Tidak hanya mendepak, Mnangagwa yang saat ini mengasingkan diri ke Afrika Selatan menyebut Mugabe dan istrinya berusaha melenyapkan dia dan keluarganya.

Baca juga : Wakil Mugabe Lari ke Afrika Selatan karena Diancam akan Dibunuh

Tindakan Mugabe ini membuat militer bereaksi.

Lewat Komandan Tentara Zimbabwe, Jenderal Constantino Chiwenga, militer mendesak agar Mugabe menghentikan pembersihan, atau militer akan mengambil langkah intervensi.

Oleh Gutto, ucapan Chiwenga sudah menjadi isyarat jelas bahwa Zimbabwe tidak akan pernah mengakui Grace sebagai pemimpin mereka.

Kepada kantor berita AFP, Gutto berujar jika Grace nekat untuk mengambil jabatan presiden dari suaminya, militer bakal melakukan kudeta.

Militer, ujar Gatto, akan mendongkel Grace dari kursi presiden, dan membiarkannya mengasingkan diri ke negara lain atau membunuhnya.

"Ini adalah titik balik karena Presiden Mugabe sudah mulai pikun," tutur Gutto.

Baca juga : Militer Zimbabwe Desak Mugabe Hentikan Aksi Pembersihan Partai

Rakyat Zimbabwe juga menyatakan penolakannya terhadap Grace yang dianggap sebagai sosok kontroversial tersebut.

Salah satunya datang dari pemilik salon potong rambut bernama Wright Chirombe.

Pria 36 tahun itu berujar, saat ini, Zanu-PF sudah dikuasai oleh individu yang bermaksud mendirikan dinasti.

"Semua orang di Zimbabwe ingin bebas memilih apa yang mereka kehendaki. Tidak ada yang peduli dengan penderitaan orang-orang," kata Chirombe.

Meski begitu, kalangan pengusaha Zimbabwe yang lain merasa cemas jika kudeta terjadi.

Sebab, peristiwa itu akan makin mengacaukan kondisi ekonomi yang sudah tidak menentu.

"Jenderal berbicara tentang revolusi. Namun, yang rakyat butuhkan hanyalah roti dan mentega," kata Oscar Muponda yang mengelola toko elektronik.

Baca juga : Mugabe Pecat Wakilnya demi Muluskan Jalan Sang Istri Jadi Presiden

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com