ASEAN: perkenalkan Donald Trump.
Donald Trump: perkenalkan ASEAN.
Siapakah yang akan menang dalam pertemuan antara "Si Pengacau Besar" dan kelompok regional penjaga protokol yang paling membosankan di dunia? Saya tidak akan bertaruh pada Trump.
Menghadiri pertemuan ASEAN itu seperti mencoba berjalan mundur melalui gula aren yang dilelehkan—terjebak, tak bisa ke mana-mana.
Setelah beberapa saat, Anda hanya akan menyerah dan mengikuti arus… bahkan Rodrigo "Dirty Harry" Duterte harus berperilaku dengan baik saat menghadapi pertemuan ASEAN yang tidak berujung dan membuat kantuk.
Lebih dari setahun yang lalu, saya memiliki ide untuk meluncurkan kembali kolom saya—yang Anda sedang baca sekarang—yaitu "Ceritalah ASEAN" atau "Ceritakan kepada saya sebuah cerita, ASEAN".
Konsepnya, menemui dan mewawancarai orang-orang biasa dari 650 juta rakyat di seluruh ASEAN. Ini terlihat sangat menyenangkan.
Namun, ketika saya turun langsung ke lapangan, mendengarkan cerita para petani, pekerja rantauan, pemandu wisata, pekerja (buruh) harian dan guru sekolah dari Bassein, Nam Dinh, Manado dan Bacolod, saya mulai menyadari bahwa saya telah membuat sedikit kesalahan.
Asia Tenggara itu menggetarkan, seksi, dan penuh energi. ASEAN—sebagai organisasi supranasional—itu muluk, angkuh, dan sangat membuat kantuk, membosankan.
Intinya, ASEAN adalah antitesis terhadap segala hal yang membuat Asia Tenggara menarik. Jalanannya gaduh. Tidak dapat diprediksi.
Sebagai perbandingan, ASEAN itu elitis yang lebih nyaman di hotel, resor, dan pusat konvensi yang mewah. Pertemuan-pertemuannya pun seperti obrolan-obrolan yang telah dilatih dengan baik.
Jadi, di saat saya masih sangat terpesona dan jatuh cinta terhadap kawasan ASEAN ini, beserta orang-orangnya dan berbagai ceritanya, saya merasa sulit untuk mengumpulkan antusiasme yang tinggi mengenai para birokratnya.
Saya masih berpikir bahwa pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara yang sangat besar—dengan GDP gabungan sebesar USD 2,4 triliun pada 2013 dan diprediksi McKinsey akan menjadi ekonomi terbesar ke-4 dunia pada 2050—mempunyai potensi yang tidak terbatas.
Tetapi saya harus jujur, ASEAN tidak memiliki esensi. Nol. Zero.
Perkumpulan itu tidak memiliki hubungan emosional yang saling dirasakan, kecuali kalau Anda menghitung makan durian sebagai bentuk kebersamaan.