PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara (Korut) terus melakukan serangkaian latihan evakuasi sebagai persiapan jika perang nuklir terjadi.
Sebelumnya, pada 30 Oktober, Korut melakukan latihan pemadaman dan evakuasi massal di kota pesisir timur Korut.
Minggu (12/12/2017), Pyongyang kembali membekali rakyatnya agar selamat jika rudal balistik berhulu ledak nuklir menghantam wilayah mereka.
Jurnalis CNN Will Ripley, seperti dikutip Daily Mirror, memposting sebuah video pendek Korut tengah menyalakan sirine penanda adanya serangan udara di Twitter.
Sirine itu dibunyikan di saat fajar menyingsing.
Baca juga : Antisipasi Perang Nuklir, Korut Lakukan Latihan Evakuasi
"Selalu takut jika mendengar bunyi sirine penanda serangan udara. Tapi jangan takut. Itu hanya tes," kata Ripley dalam caption-nya.
Always a bit eerie to hear air raid sirens in Pyongyang, North Korea. But not to worry. Only a test. pic.twitter.com/1nbnZRGU8z
— Will Ripley (@willripleyCNN) November 11, 2017
Latihan ini terjadi setelah mantan wakil komandan pasukan Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan (Korsel), Letjen Jan-Marc Jouas menulis kepada sejumlah anggota Kongres dari Partai Demokrat.
Jouas menyebut bahwa jika terjadi perang, maka AS bakal kalah karena pasukan di Korsel hanya berjumlah 28.500 personel.
Sementara negeri pimpinan Kim Jong Un itu diduga mempunyai 1,2 juta personel militer aktif.
"Tak seperti seperti konflik lain setelah Perang Korea, Amerika tak akan mampu menambah pasukan sebelum perang pecah," tambah Jouas.
Baca juga : Jika Perang Melawan Korut Pecah, AS Berpotensi Kalah
Latihan dengan sirine merupakan tanggapan atas kehadiran Trump di Asia selama sepekan terakhir.
Sepanjang kunjungan kenegaraan, Trump selalu menyinggung Korut dan mendesak Jepang, Korsel, dan China untuk mengambil sikap tegas.
Tidak hanya itu, tiga kapal induk kelas Nimitz AS juga berada di perairan Pasifik untuk menggelar latihan dan sebagai unjuk kekuatan, yang kemudian diikuti tujuh kapal perang Korsel.
Media Pyongyang menyebut Trump adalah "Sang Penghancur yang bermaksud membinasakan Pyongyang".
"Selama kunjungannya, Trump membuktikan bahwa dia adalah penghancur kedamaian dunia, dan memohon terjadinya perang nuklir di Semenanjung Korea," demikian kecaman Pyongyang.
Baca juga : Trump Desak China dan Rusia Hentikan Kerja Sama Ekonomi dengan Korut
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.