HANOI, KOMPAS.com - Sikap plin-plan ditunjukkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyikapi tudingan Rusia memenangkan Trump saat pemilu presiden 8 November 2016.
Ketika melakoni konferensi pers di Hanoi, Vietnam, jelang keberangkatannya ke Filipina Minggu (12/11/2017), Trump menyatakan kepercayaannya kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin.
"Saya percaya dia (Putin) dan Rusia merasa tidak mengintervensi pemilu," kata Trump seperti dikutip AFP.
Trump menjelaskan, selama pertemuannya dengan Putin di forum tingkat tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifi (APEC) di Da Nang, Vietnam, 10-11 November lalu, Putin selalu berkata bahwa dia tidak mengganggu proses pemilu AS.
Baca juga : Di Vietnam, Trump dan Putin Akhirnya Bertemu
"Dia sungguh-sungguh mengatakannya. Saya bisa merasakannya," tutur Trump dilansir dari ABC News.
Sikap itu dia perkuat lewat kicauannya di Twitter.
Saat itu, Trump mengkritik "haters" yang menuding Rusia turut campur di balik kemenangannya atas Hillary Clinton.
"Kapan para haters dan orang bodoh itu bakal menyadari berteman dengan Rusia adalah hal baik, bukan buruk," demikian cuplikan dari tweet Trump.
When will all the haters and fools out there realize that having a good relationship with Russia is a good thing, not a bad thing. There always playing politics - bad for our country. I want to solve North Korea, Syria, Ukraine, terrorism, and Russia can greatly help!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 12, 2017
Namun, di sisi lain, Trump seakan memutarbalikan ucapannya dengan mendukung CIA yang menyatakan Rusia memang terlibat dalam pemilihan presiden (pilpres).
"Bagi mereka yang percaya atau tidak, saya berkata bahwa saya bersama dinas rahasia AS. Saya percaya kepada... intelijen kami," papar Trump.
Mei lalu, CIA menjelaskan kepada Kongres AS bahwa mereka menyimpulkan Kremlin di balik kemenangan Trump.
Direktur CIA yang baru, Mike Pompeo, Sabtu (11/11/2017) berujar bakal mengevaluasi kesimpulan tersebut.
Perkataan Trump menuai tanggapan. Salah satunya dari mantan pesaing Barrack Obama pada pilpres 2008, John McCain, yang berkata bahwa Trump naif karena begitu saja mendengarkan pembelaan Putin.
Baca juga : Trump Sebut Kim Jong Un dengan Julukan Pendek dan Gendut
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.