SEOUL, KOMPAS.com - Masifnya pengembangan senjata nuklir Korea Utara (Korut) tidak akan diikuti oleh tetangganya, Korea Selatan (Korsel).
Hal itu disampaikan Presiden Moon Jae In di hadapan parlemen Korsel Rabu (1/11/2017).
Sebelum pernyataan itu keluar, tensi Semenanjung Korea sudah bereskalasi sejak Korut terus-menerus melakukan uji coba senjata nuklirnya.
Uji coba terakhir terjadi pada 3 September tak jauh dari situs Punggye-ri.
Saat itu, pemerintahan Kim Jong Un mencoba senjata terbaru mereka, bom hidrogen atau termonuklir.
Situasi tersebut membuat sejumlah pemangku kebijakan Korsel meminta Jae In untuk melobi Amerika Serikat (AS) guna menempatkan kembali stasiun pertahanan nuklirnya.
Baca juga : Terowongan di Lokasi Tes Nuklir Korut Runtuh, 200 Tewas
Stasiun itu dipindahkan dari Korsel oleh Presiden George HW Bush pasca-berakhirnya Perang Dingin 1991.
"Opsi itu (menempatkan situs nuklir) patut dicoba dengan berbagai pertimbangan."
Pendapat tersebut disuarakan Menteri Pertahanan Korsel, Song Young Moo awal September, seperti dikutip Washington Post.
Selain itu, banyak pihak juga menyarankan Korsel mulai mengembangkan senjata nuklir sebagai pertahanan diri dari ancaman Korut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.