Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Pembunuh Berantai Abad Ke-16 Ini adalah Leluhur Donald Trump?

Kompas.com - 31/10/2017, 13:14 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Mirror

Leluhur Trump di Jerman

Kakek Donald Trump, Friederich lahir di desa kecil Kallstadt, sekitar 96 kilometer sebelah selatan kota Frankfurt pada 1869 sebelum beremigrasi ke AS.

Di New York, Friederich memiliki dua putra yaitu John dan Fred yang kemudian memiliki bisnis properti sukses yang kemudian diwarisi Donald Trump.

Menyusul Perang Dunia II, baik Fred maupun putranya Donald, merasa tak nyaman dengan darah Jerman mereka dan selalu mengaku sebagai keturunan Swedia.

Namun, sebenarnya selama bergenerasi banyak keluarga Trump yang berasal dari Kallstadt dan dimakamkan di sana.

Baca juga : Dilewati Rombongan Presiden Trump, Wanita Ini Acungkan Jari Tengahnya

Bahkan Donald Trump bahkan sempat muncul dalam dokumentari berjudul "Raja Kallstadt" yang dibuat sineas lokal Simone Wendel tahun lalu.

Simone sangat tertarik dengan fakta bahwa keluarga Trump memiliki akar di kota kecil itu.

Salah satu leluhur paling awal Trump adalah Hans Trumpf II yang lahir sekitar 1559 yang kemungkinan terkait dengan kisah "Serigala dari Bedburg".

Apakah Peter Stumpf leluhur Donald Trump?

Kisah Peter Stumpf diyakini terjadi di Bedburg, kota kecil tak jauh dari Koln.

Namun, Dr Pittle tak menemukan catatan legal seseorang bernama Stumpf or Trumpf hidup di kawasan tersebut di masa itu.

Hal tersebut kemungkinan karena banyak catatan hancur akibat perang 30 tahun yang pada 1583.

Namun, sejumlah faktor lain memunculkan hipotesa bahwa kisah ini terjadi di bagian lain Jerman.

Baca juga : Ada Trump Berciuman dengan Netanyahu di Tembok Tepi Barat

Pittle mengatakan, sejumlah catatan kuno menyebut Katharina Trump dan Peter Stumpf hidup daerah Kallstadt di masa kasus-kasus pembunuhan dan kanibalisme terjadi saat itu.

Apakah pasangan ini kemudian menghasilkan seorang anak bernama Hans yang keturunannya kemudian menjadi presiden Amerika Serikat?

"Kami mulai menelusuri berbagai informasi ini dan menemukan Trump dan Stumpf berada di tempat yang sama," kata Pittle.

"Kami tak memiliki catatan legal, catatan keluarga yang mendukung kisah ini terjadi di Koln," sambung dia.

Hal yang kemudian ditemui tim pimpinan Pittle adalah orang-orang yang meneliti sejarah asal usul Donald Trump.

"Dari pohon keluarga Trump terdapat beberapa nama Katharina di generasi sebelumnya," ujar Pittle.

Rincian lain terkait legenda Stumpf adalah sebuah selebaran yang dibawa ke London dari Jerman oleh seorang tukang pos bernama George Bores pada 1590.

Selebaran ini disimpan di Museum Inggris dan digambarkan sebagai dokumen yang memengaruhi ide modern terkait perilaki serigala jadi-jadian.

Dalam selebaran itu, nama Katharina Trump dieja dengan sebutan "Trumpen".

Pittle mengatakan, akhiran feminim seperti itu biasa digunakan di wilayah selatan Jerman. Hal ini membuat anomali lain dari kisah tersebut.

Baca juga : Dandani Gedung Putih, Trump Habiskan Rp 23,8 Miliar

"Kami melakukan investigasi tentang kemungkinian Katharina Trump dalam kisah legenda ini adalah Katharina Trump yang sama dengan nama leluhur Donald Trump?" kata Pittle.

"Saat ini tak bukti yang mendukung keterkaitan ini. Namun apakah cukup menyenangkan jika dipertimbangkan? Jawabannya, ya," tambah dia.

Pittle menambahkan, dia berhara ada ahli sejarah yang akan meneruskan penelitian ini untuk mendapatkan kebenarannya.

Saat ditanya pendapatnya soal apa yang dipikirkan Trump saat dia dikaitkan dengan seorang pembunuh berantai?

"Saya hanyalah seorang peneliti yang penasaran," Pittle menegaskan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Mirror
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com