RIYADH, KOMPAS.com - Tersingkirnya militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari Mosul, Irak, membuat keterlibatan pasukan asing atau negara lain tidak diperlukan.
Pernyataan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson, dalam pertemuan antara AS, Arab Saudi, dan Irak pada Minggu (22/10/2017) di Riyadh, Arab Saudi.
Pertemuan itu sendiri bertujuan untuk mengembalikan stabilitas Irak pascaperang melawan ISIS yang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir.
Namun, Tillerson dalam pertemuan itu menyebut kata "milisi" dan "bukan militer" terhadap pasukan Iran yang bertempur di Irak bersama milisi Syiah Irak.
Padahal kata "milisi" yang dimaksud Tillerson adalah merujuk pada Pasukan Quds, unit elite pasukan pengawal Revolusi Iran atau lebih populer disebut Garda Revolusi Iran.
Seperti dilaporkan oleh Washington Post, Quds menjadi kekuatan yang mendukung militer Irak ketika mengusir ISIS dari Mosul maupun benteng-benteng mereka.
Menurut Tillerson, seiring dengan meredanya ancaman dari ISIS, militer Iran tentu sudah tidak memiliki alasan dalam berperang disana.
"Jadi, semua pasukan asing di Irak harus kembali ke negaranya, dan membiarkan Irak berjuang memulihkan kemerdekaannya," ucap Tillerson dikutip dari Washington Post.
Baca: CIA: Iran Terlibat dengan Al Qaeda
Tidak hanya mendesak agar milisi Iran pulang ke negaranya, Tilerson juga mengancam perusahaan dunia agar tidak bertransaksi dengan Garda Revolusi Iran, militer "Negeri Para Mullah" tersebut.
"Mereka yang melanggar jelas bakal menerima konsekuensi besar," kata Tillerson dalam sebuah konferensi pers dengan Menlu Arab Saudi, Adel al-Jubeir.
Tillerson juga mendesak agar negara Timur Tengah bersedia memberikan sanksi kepada Garda Revolusi Iran.
Dalam pandangan menteri berusia 65 tahun itu, masuknya Garda Revolusi Iran ke Irak hanya akan membuat suasana bertambah keruh, sehingga mengancam semangat rekonstruksi Irak.
"Mereka (Garda Revolusi Iran) menimbulkan kekacauan, dan distabilitas di kawasan ini," kecam Tillerson.
Baca: Bersitegang, Presiden Trump Tantang Menlu Tillerson Adu Psikotes
Itulah yang membuat pemerintah AS memberikan label teroris kepada Garda Revolusi Iran.
Pernyataan Tillerson itu semakin menambah panas hubungan Washington dan Teheran, khususnya sejak negeri pimpinan Hassan Rouhani itu menembakkan rudal balistik Februari lalu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.