Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesal dengan Donald Trump, Korut Kirim Surat untuk Australia

Kompas.com - 20/10/2017, 10:48 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Telegraph

PYONGYANG, KOMPAS.com - Pemerintah Korea Utara menulis surat kepada Australia untuk mengeluhkan "langkah sembrono" Presiden AS Donald Trump.

Dalam surat itu, pemerintah Korea Utara juga mengatakan, kehancuran global akibat perang nuklir bisa terjadi jika  ada upaya menjungkalkan rezim Pyongyang.

Dengan menyebut surat itu tak lebih sebagai "sumpah serapah", PM Australia Malcolm Turnbull mengatakan, Korea Utaralah yang meningkatkan ancaman perang nuklir.

"Sebenarnya Korea Utara yang mengancam stabilitas dunia," kata Turnbull kepada stasiun radio.

Baca: Setelah Guam, Korea Utara Ancam Hancurkan Australia

Menlu Australia Julie Bishop menyebut, surat dari Pyongyang tersebut justru menunjukkan bahwa sanksi internasional untuk Korea Utara sudah mulai menunjukkan dampak.

"Saya kira, surat ini menunjukkan Korut sudah putus asa, merasa terisolasi, mencoba membuat AS terlihat kejam, dan mencoba untuk memecah belah komunitas internasional.

Surat tertanggal 23 September itu berisi tuduhan terhadap Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan menghancurkan Korea Utara.

Surat tersebut dikirimkan lewat Kedutaan Besar Korea Utara di Jakarta dan dialamatkan untuk Parlemen Australia.

"Ini adalah sebuah langkah ekstrem bentuk ancaman untuk menghancurkan dunia," demikian isi surat itu.

"Jika Trump berpikir dia akan menaklukkan DPRK (Korea Utara) lewat ancaman perang nuklir, maka itu akan menjadi sebuah salah perhitungan besar," tambah surat tersebut.

Baca: Trump: AS Mampu Hancurkan Korea Utara Secara Total, Jika Terpaksa

Pekan lalu, kantor berita Korea Utara KCNA mengabarkan, negeri itu mengancam akan menghancurkan Australia jika Canberra mengizinkan marinir AS mendirikan basis di Northern Territory.

Sejak 1974, Australia sudah tak memiliki kantor kedutaan besar di Korea Utara. Sementara Pyongyang menutup kantor kedubesnya di Canberra pada 2008 karena kemungkinan besar terlalu mahal untuk dikelola.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Telegraph
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com