KOMPAS.com - Sebuah foto mengenai pembantaian badak memenangi penghargaan bergengsi Wildlife Photographer of This Year (WPY).
Foto karya Brent Stirton asal Australia itu memperlihatkan seekor bangkai badak hitam yang culanya telah diambil.
Diduga sejumlah pemburu membunuhnya di suaka margasatwa Hluhluwe Imfolozi dengan senjata api yang dilengkapi peredam suara.
Stirton mengabadikan foto tersebut sebagai bagian dari investigasi perdagangan organ badak secara ilegal.
Baca: Harga Rp 800 Juta per Kg, Lelang Online Cula Badak Tak Terbendung
Demi kepentingan penyelidikan pula, dia sudah berkunjung ke 30 tempat kejadian perkara sehingga membuatnya depresi.
"Dalam titik tertentu, saya kehilangan kepercayaan pada kemanusiaan," ujarnya.
Saat menerima penghargaan WPY di London, pria berusia 48 tahun itu mengaku meyakini bahwa aksi pembantaian badak yang dia abadikan amat mungkin dilakukan untuk memenuhi pesanan.
Umumnya, setelah kedua cula badak diambil, organ itu dijual ke makelar.
Si makelar kemudian menyelundupkannya keluar Afrika menuju China atau Vietnam.
Baca: Hadiah Rp 40 Juta bagi Penemu Cula Badak Hitam yang Raib
Di kedua negara itu, cula badak punya nilai jual lebih tinggi ketimbang emas atau kokain.
Mengapa mahal? Stirton merujuk kepercayaan keliru sejumlah orang bahwa cula badak bisa menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari kanker hingga batu ginjal.
"Kita memasuki jaman di mana setiap hewan, setiap makhluk hidup liar, ditaksir harganya."
"Dan orang-orang yang menaksir harga itu perasaannya tidak melulu klop dengan perasaan (sesama fotografer). Seseorang harus membela hak binatang dan makhluk hidup liar," tegas Stirton.
Baca: Seorang Pemburu Cula Badak Diganjar Vonis Penjara 20 Tahun
Lewis Blackwell, Ketua Juri WPY, mengatakan foto badak yang diabadikan Stirton punya dampak terhadap kolega-koleganya.
"Orang mungkin jijik, mungkin ngeri. Namun foto itu memikat Anda dan Anda menjadi ingin tahu lebih banyak tentang kisah di baliknya."
"Dan Anda tidak bisa menghindarinya. Foto ini menghadapkan Anda dengan apa yang terjadi di dunia," kata Blackwell.
Selain fotografer alam liar tahun ini, ada pula penghargaan untuk fotografer muda alam liar tahun ini.
Kategori pada usia 15-17 tahun itu dimenangkan Daniël Nelson asal Belanda.
Nelson mengabadikan foto seekor gorila berusia sembilan tahun yang bernama Caco. Gorila tersebut bermukim di Taman Nasional Odzala di Republik Kongo.
WPY adalah salah satu penghargaan bergengsi dalam dunia fotografi. Penghargaan itu dimulai pada 1964 dan sejak itu telah berkembang luas.
Tahun ini, ada 48.000 foto yang masuk dari 92 negara.
Baca: Memprihatinkan, Kondisi Badak Terkini di Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.