Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Brexit Bakal Hantam Biaya Harian Masyarakat Inggris

Kompas.com - 17/10/2017, 15:14 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Di masa depan, gaung antusiasme tentang pemisahan Inggris dari Uni Eropa (UE) atau lebih populer dengan sebutan "Brexit", bakal berubah menjadi ratap sesal.

Itu setelah sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa Brexit bakal memberikan dampak yang cukup berat bagi keuangan masyarakat.

Studi tersebut dilakukan olrh Resolution Foundation dan Lembaga Pengamat Kebijakan Perdagangan Inggris.

Dalam paparannya, seperti dilansir dari Sky News, Selasa (17/10/2017), jika Inggris keluar tanpa membuat kesepakatan dagang dengan UE, maka mereka bakal dikenakan tarif seperti yang diberlakukan UE kepada negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia.

Hal ini bakal berdampak kepada kepada kenaikan harga yang signifikan di negera kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Elizabeth tersebut.

Baca: Imbas Brexit, Peringkat Utang Inggris Diturunkan

Kedua lembaga itu memprediksi, harga kebutuhan pokok naik 8,1 persen, daging 5,8 persen, sedangkan harga mobil naik 5,5 persen.

Imbasnya, biaya rumah tangga rata-rata naik menjadi 260 poundsterling atau sekitar Rp 4,6 juta per tahun. Mereka harus merogoh kocek hingga 500 poundsterling atau Rp 8,9 juta.

Kenaikan biaya hidup akan sangat dirasakan oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang saat ini berjumlah sekitar 20 persen dari total populasi Inggris.

Baik "Resolution Foundation" maupun Lembaga Pengawas Kebijakan Perdagangan pun menyebut perceraian Inggris dari UE "menghasilkan kemungkinan terburuk"

Analis ekonomi "Resolution Foundation", Stephen Clarke, mengemukakan, pemerintahan Perdana Menteri Theresa May memang telah menyiapkan skenario jika gagal mencapai kesepakatan dengan UE terkait tarif perdagangan.

Baca: PM Theresa May Berniat Mundur pada 31 Agustus 2019?

Kesepakatan tersebut, demikian menurut Clarke, bukanlah isu utama dalam negosiasi Brexit.

"Namun, cepat atau lambat, dampak itu bakal dirasakan oleh rakyat Inggris, terutama mereka yang kurang mampu," kritik Clarke kepada Sky News.

Adapun Juru Bicara Kementerian Brexit mengatakan, mereka bakal berusaha menemukan "win-win solution" terkait masa depan setelah Inggris keluar dari UE.

"Semua orang berharap kami tetap mendapat akses pasar bebas. Kami optimistis bisa mencapainya," papar juru bicara itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com