LUKSEMBURG, KOMPAS.com - Para menteri luar negeri Uni Eropa (UE) mengadakan pertemuan dengan tujuan untuk menyetujui paket sanksi baru terhadap Korea Utara (Korut) terkait dengan kengototan negara itu untuk melakukan uji coba nuklir dan rudal.
Dalam pertemuan di Luksemburg, Senin (16/10/2017), mereka antara lain direncanakan akan menyetujui pembatasan jumlah uang yang boleh dikirim pulang oleh pekerja Korut di luar negeri.
Landasannya, sebagian besar pendapatan warga Korut di luar negeri diperkirakan disalurkan untuk mendanai program nuklir negara itu.
Selain itu, sanksi baru diperkirakan akan mencakup penambahan nama-nama perusahaan dan individu yang masuk dalam daftar yang dicekal masuk ke negara-negara UE dan juga yang aset-asetnya dibekukan.
Baca: UE Perluas Sanksi terhadap Korut, Empat Orang Masuk Daftar Hitam
UE dilaporkan ingin menunjukkan diri bahwa organisasi itu memainkan peran penting bersama dengan Amerika Serikat ((AS) dalam mengisolasi Korut.
Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Federica Mogherina, mengatakan jalan solusi diplomatik lebih dikedepankan sekarang, khususnya setelah Presiden AS Donald Trump mengancam tidak akan mengesahkan kesepakatan nuklir internasional dengan Iran.
"Hari ini kita akan mengadopsi langkah-langkag baru yang tegas, sanksi-sanksi dengan sasaran jelas dan otonom, terhadap Korut, sebagai tambahan atas Resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Mogherina menjelang pertemuan Senin (16/10/2017) pagi waktu Luksemburg.
"Dan saya akan bertemu dengan menteri luar negeri Korut, Korea Selatan (Korsel) pekan depan untuk membicarakan langkah politik dan diplomatik, selain sanksi-sanksi."
Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, mengatakan Presiden Trump ingin menyelesaikan konfrontasi dengan Korut melalui jalur diplomasi.
Baca: Washington Umumkan Sanksi terhadap Korea Utara
Dikatakannya, kombinasi sanksi dan diplomasi telah mewujudkan persatuan internasional -yang sebelumnya tidak pernah ada- dalam menghadapi program nuklir Korut.
Namun bulan lalu, Trump mengatakan kepada Tillerson agar tidak membuang-buang waktu melakukan perundingan dengan rezim pimpinan Kim Jong Un.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.