Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mata Hari, Mata-mata Eropa yang Pernah Tinggal di Jawa Timur

Kompas.com - 15/10/2017, 19:47 WIB

Kedua teori itu sama-sama berpandangan bahwa Mata Hari hanyalah korban, sedangkan Jerman atau Prancis ingin agar dia dilenyapkan.

Rincian interogasi

Selama bertahun-tahun, rincian interogasi Mata Hari oleh jaksa Pierre Bouchardon tidak bisa diakses para sejarawan.

Namun, berkat dokumen yang dirilis Kementerian Pertahanan Perancis, asumsi mengenai Mata Hari bisa dipatahkan.

Berdasarkan transkrip interogasi pada Juni 1917, Margarethe Zelle memutuskan untuk mengakui perbuatannya.

Kepada Bouchardon, dia mengaku telah direkrut Jerman sebagai mata-mata pada 1915 di Den Haag, Belanda.

Keputusannya itu dilatarbelakangi keputusasaan untuk bisa kembali ke Paris pada awal perang.

Baca: Duterte Tertangkap Kamera Bertemu Kepala Mata-mata Australia

Karl Kroemer, konsul Jerman di Amsterdam, menyanggupi mengirimnya ke Paris, asalkan dia bisa menyediakan informasi secara berkala. Sejak saat itulah Agen H21 diciptakan.

Mata Hari berkeras bahwa dirinya hanya ingin mengambil uang yang ditawarkan kemudian lari.

Dia mengklaim bahwa kesetiaannya ada pada Sekutu, sebagaimana dia tunjukkan saat berjanji membantu intelijen Perancis.

Pengakuan tersebut malah membawanya ke Chateau de Vincennes di pinggiran timur Kota Paris. Mata Hari dituntun ke sebuah tiang di tanah lapang dengan satu tangan terikat.

Sebanyak 12 serdadu mengarahkan senjata api mereka ke tubuhnya.

Beberapa laporan menyebut bahwa dia menolak matanya ditutup. Dia sempat melambaikan tangan ke pengacaranya.

Sesaat kemudian suara letupan senapan terdengar dan Mata Hari jatuh terpuruk dengan lutut menghujam tanah.

Seorang perwira mendekati sambil menenteng pistol dan menembaknya sekali di bagian kepala.

Sesudah eksekusi, tiada seorang pun yang mengambil jasad Mata Hari.

Karenanya, jenazah perempuan tersebut dibawa ke fakultas kedokteran di Paris untuk digunakan sebagai bahan mata kuliah pembedahan.

Kepalanya kemudian diawetkan di Museum Anatomi. Namun, ketika dilakukan inventaris 20 tahun lalu, ternyata organ tubuh itu telah menghilang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com