Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mata Hari, Mata-mata Eropa yang Pernah Tinggal di Jawa Timur

Kompas.com - 15/10/2017, 19:47 WIB

Selanjutnya dia bertolak ke Paris dan menamai dirinya dengan sebutan Mata Hari sebagai nama panggung untuk pertunjukan menari bergaya erotis.

"Kalaupun dia tidak menjadi mata-mata, Mata Hari akan dikenang sampai sekarang atas apa yang dia lakukan di kota-kota besar Eropa pada bagian awal abad lalu," kata Hans Groeneweg, kurator museum Fries.

Baca: Wanita Mata-mata Korut, dari Gadis Erotis hingga Nenek-nenek

"Sedikit banyak dia menciptakan striptis sebagai bentuk tarian. Kami memamerkan bukti-bukti pertunjukannya dan ada tumpukan kliping surat kabar beserta foto-foto. Saat itu dia merupakan selebritis sosialita," tambah Groeneweg.

Namun, sedihnya, cerita mengenai Mata Hari didominasi oleh kiprahnya dalam dunia mata-mata. Selama betahun-tahun banyak sejarawan membelanya.

Beberapa di antara mereka menilai dia dikorbankan karena Prancis memerlukan mata-mata untuk menjelaskan ke publik tentang kegagalan dalam perang.

Bagi kaum feminis, Mata Hari menjadi kambing hitam yang sempurna karena “moralnya yang buruk” akan membuat dirinya mudah dicap sebagai musuh Perancis.

Mata Hari hanyalah korban?

Mata Hari diketahui kembali ke Prancis melalui Spanyol pada 1916 setelah singgah sebentar di London untuk diinterogasi dinas intelijen Inggris, MI6.

Di Madrid, dia menjalin kontak dengan Arnold von Kalle, atase militer Jerman.

Belakangan Mata Hari mengaku aksinya ini ditempuh untuk memenuhi janjinya kepada intelijen Perancis, bahwa dia akan menggunakan jaringan perwira Jerman yang dia kenal sebelum perang demi membantu Sekutu.

Namun, telegram yang dikirim Kalle ke atasannya di Berlin yang membongkar identitas agen H21 alias Mata Hari.

Dalam surat telegram itu, Kalle membeberkan alamat rumah, rekening bank, hingga nama pembantu setianya. Siapapun yang membacanya tak akan ragu bahwa agen H21 adalah Mata Hari.

Terjemahan resmi surat telegram, yang dihadang oleh dinas intelijen Perancis itu kini dapat disaksikan publik di Museum Fries, Leeuwarden, Belanda.

Bagaimanapun, justru hal inilah yang membuat kalangan sejarawan sangsi pada tudingan terhadap Mata Hari.

Intelijen Perancis, menurut beberapa sejarawan, sejak lama mampu memecahkan bahasa kode di dalam tulisan surat telegram tersebut. Jerman pun tahu intelijen Perancis sudah bisa memecahkannya. Toh, Kalle tetap mengirimkannya ke Berlin.

Dengan kata lain, Kalle ingin intelijen Prancis membacanya.

Jadi, asumsi ini berpendapat bahwa Jermanlah yang menuntun Perancis untuk menangkap dan mengeksekusi agennya sendiri.

Asumsi lain menilai Perancis yang menciptakan dokumen itu untuk mengambinghitamkan Mata Hari dan memuaskan publik.

Pasalnya, mengapa hanya ada terjemahan resmi? Di mana telegram aslinya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com