SEOUL, KOMPAS.com - Para peretas yang diduga berasal dari Korea Utara (Korut) mencuri sejumlah besar dokumen militer Korea Selatan (Korsel), termasuk rencana untuk membunuh pemimpin Korut, Kim Jong Un.
Seorang anggota Parlemen Korsel, Rhee Cheol-hee, mengatakan, informasi tersebut berasal dari Kementrian Pertahanan.
Amerika Serikat (AS), serta lDokumen yang dicuri juga mencakup rancangan kemungkinan masa perang yang disusun oleh Korsel dan sekutunyaaporan-laporan kepada para komandan senior negara-negara sekutu Korsel.
Sejauh ini Kementrian Pertahanan menolak memberi komentar terkait tuduhan tersebut.
Rhee – yang berasal dari partai pemerintah dan merupakan anggota komite pertahanan parlemen – mengatakan 235 gigabyte dokumen militer dicuri dari Pusat Integrasi Data Pertahanan dan sekitar 80 persen dari dokumen itu masih belum diindetifikasi.
Baca: Bukti Serangan "Ransomware WannaCry" Mengarah ke Korut
Peretasan berlangsung pada September 2016. Pada Mei 2017, Korsel mengatakan, sejumlah data telah dicuri dan Korut kemungkinan memprovokasi “serangan siber” namun tidak ada rincian tentang data yang dicuri tersebut.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, melaporkan, Seoul sudah menjadi sasaran rentetan serangan siber oleh tetangganya yang komunis selama beberapa tahun belakangan, dan banyak serangan itu yang menjadikan situs dan fasilitas pemerintah Korsel sebagai sasaran.
Korut – yang diasingkan oleh dunia internasional – diyakini memiliki para peretas yang secara khusus dilatih dan tinggal di luar negeri, termasuk di China.
Pemerintah Pyongyang membantah dan menyatakan Seoul “mengarang-ngarang” tuduhan tersebut.
Laporan tentang bocornya rencana perang yang disusun oleh Seoul dan Washington di Semenanjung Korea jelas tidak membantu meredakan ketegangan antara AS dan Korut.
Baca: Korut Lumpuhkan AS dan Korsel dengan Serangan Cyber
Kedua negara belakangan ini melancarkan serangan kata-kata terkait dengan serangkaian uji coba nuklir Korut bahwa AS ingin menghentikannya sementara Pyongyang bertekad untuk meneruskannya.
Korut baru-baru ini mengklaim sudah berhasil mengembangkan miniatur bom hidrogen, yang bisa ditempatkan di rudal jarak jauh.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.