Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hubungan Membaik, China Tingkatkan Bantuan kepada Filipina

Kompas.com - 10/10/2017, 10:35 WIB

MANILA, KOMPAS.com - China meningkatkan bantuan kepada Filipina, termasuk proposal untuk mencari minyak bersama-sama di lepas pantai dan pemberian senjata untuk membantu Manila memerangi pemberontak separatis di Filipina selatan.

Hal itu memberi indikasi bahwa kedua pihak menghendaki persahabatan yang sangat kuat walaupun sengketa maritim di antara mereka belum diselesaikan, demikian VOA melaporkan pada Selasa (10/10/2017).

Tiga perusahaan, termasuk perusahaan pengebor minyak lepas-pantai milik China, yakni CNOOC, sedang menunggu persetujuan Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk mencari cadangan minyak di bawah perairan seluas 7.120 km2 di lepas pantai barat Filipina.

Pekan lalu, Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan di situs internetnya bahwa China telah menyumbang 3.000 senapan serbu, dan 3 juta peluru, untuk membantu militer melawan separatis Maute, pemberontak simpatisan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Marawi, Mindanao.

Baca: China dan Filipina Sepakat Bicarakan Lagi Sengketa Laut China

Transaksi itu, bersama bantuan infrastruktur dari China, mengisyaratkan kedua negara menghendaki sebanyak mungkin mengakomodasi satu sama lain.

Kedua negara itu baru berdamai pada 2016 setelah berselisih atau terlibat konflik karena batas wilayah maritim dalam empat tahun sebelumnya.

Pejabat China "ingin mendapat sebanyak mungkin," kata Ramon Casiple, Direktur Eksekutif Institute for Political and Electoral Reform, sebuah organisasi advokasi di Filipina.

"Saya bisa mengatakan, rakyat Filipina sangat nasionalis dalam posisi mereka, khususnya terkait Laut China Selatan, tapi persahabatan itu menurut saya diterima dengan baik di sini."

Beijing mengupayakan aliansi yang lebih kuat di seluruh Asia Tenggara untuk meredakan permusuhan atas klaimnya terhadap hampir seluruh Laut China Selatan.

Pengadilan arbitrase dunia memutuskan pada pertengahan 2016 bahwa China tidak memiliki dasar hukum untuk menuntut hak-hak tersebut.

Klaim China tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) empat negara Asia Tenggara termasuk Filipina.

Baca: Filipina Tinggalkan ASEAN dan Mendekat ke China

Negara-negara tersebut jengkel terhadap lalu lintas kapal China dan pembangunan pulau-pulau buatan untuk infrastruktur militer.

China menawarkan bantuan dan investasi untuk negara-negara yang ikut mengklaim, yaitu Brunei, Malaysia,  Vietnam, dan Filipina.

Namun, Presiden Duterte di Manila menyambut China dengan sangat antusias sementara dia bergeser dari ketergantungan pada Amerika Serikat (AS).

Kesuksesan China dalam pertukaran bantuan untuk toleransi politik di manapun di Asia bergantung pada kepentingan pihak lain, kata Song Seng Wun, ekonom khusus Asia Tenggara di unit perbankan swasta CIMB di Singapura.

"Selalu ada kasus di mana sisi lain lebih menyambut," kata Song. "Dalam kasus Filipina, jelas ada seorang presiden yang benar-benar ingin melakukannya, jadi kita bicara tentang China dan AS."

Sentimen positif Filipina terhadap China telah meningkat 17 persen sejak 2014, kata Pew Research Center bulan lalu.

Sementara sentimen positif terhadap AS turun dari 92 persen menjadi 78 persen dalam dua tahun ini.

Baca: Korsel dan China Bersitegang Lagi gara-gara Ikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com