Dia harus berinisiatif menggelar pertemuan dan -meskipun sudah berusaha, menurut dia, pihak sekolah tidak memprioritaskan kebutuhan putrinya.
"Mereka sangat ingin melindungi hak sang siswa untuk mendapat pendidikan, namun seperti tidak mempertimbangkan sama sekali hak putri saya sebagai korban pemerkosaan."
"Dan, entah bagaimana mereka tidak memahami apa dampaknya terhadap korban pemerkosaan saat ditempatkan di tempat yang sama dengan pemerkosa."
Putri Rachel mulai absen dari kelas yang sama dengan siswa yang memperkosanya, sebelum akhirnya tidak masuk sekolah.
Masalah ini mendapat sorotan dalam laporan Komite Kesetaraan Perempuan pada 2016, yang mengungkap insiden kekerasan dan pelecehan seksual di sekolah-sekolah Inggris.
Data yang dilansir BBC menunjukkan dari 5.500 pelanggaran seksual yang terjadi di berbagai sekolah di Inggris selama tiga tahun hingga Juli 2015.
Sebanyak 600 di antaranya merupakan kasus pemerkosaan.
Bulan lalu, para pengacara yang dihubungi oleh para korban, menulis surat kepada Menteri Pendidikan Justine Greening berisi tuduhan bahwa dia telah melanggar tugasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Kesetaraan 2010.
Dalam aturan itu, Menteri Pendidikan ditugasi menghapus diskriminasi terhadap siswi di sekolah dan mempromosikan kesetaraan kesempatan.
Departemen Pendidikan Inggris membalas surat itu dengan komentar bahwa mereka sedang menyusun panduan sementara.
Pendekatan tambal sulam
Dikatakan Rachel, panduan setebal 11 halaman yang digunakan Departemen Pendidikan menyebut apa yang harus dilakukan sekolah jika pelaku pemerkosaan adalah orang dewasa.
Namun tak ada rinciian terkait pelecehan yang dilakukan sesama siswa.
"Itulah mengapa terjadi pendekatan 'tambal sulam' yang memakan banyak waktu, sedangkan pihak korban diperlakukan sangat, sangat buruk oleh sekolah," kata Rachel.
"Saya amat yakin, inilah saatnya pemerintah mengambil sikap dan memberikan panduan serinci mungkin sebagaimana jika pelakunya adalah orang dewasa, sebab masalah yang diderita korban, sama rumitnya."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.