Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rohingya, Sebuah Kisah yang Tak Dibicarakan di Myanmar...

Kompas.com - 09/10/2017, 20:57 WIB

Namun Rohingya dan beberapa pihak membantahnya.

Ketika krisis pengungsi Rohingya menjadi berita-berita utama internasional di seluruh dunia selama beberapa pekan, koran-koran di Myanmar nyaris tak menyebut nasib warga Rohingya.

Sebaliknya, berita-berita mereka melaporkan temuan militer tentang kuburan massal umat Hindu yang dibunuh oleh militan Tentara Pembebasan Arakan Rohingya, ARSA.

Di Universitas Yangon, beberapa mahasiswa enggan untuk berbicara. Bahkan, ada yang tidak mau memberi tahu namanya.

Namun begitu, ketika disinggung soal Rohingya, sebagian besar mereka memberi respons.

"Masalah itu dilihat dari luar sebagai masalah agama. Tapi bukan. Kekerasan adalah tindakan terorisme."

"Komunitas internasional mendapat informasi yang salah tentang situtasi di negara bagian Rakhine," kata seorang mahasiswi.

"Dari luar negeri, Anda pikir Anda benar, tapi dari sisi kami, kami benar."

Pandangan yang sama diungkapkan oleh dua teman mahasiswi itu.

Beberapa hari kemudian, digelar peringatan 10 tahun unjuk rasa pro demokrasi tahun 2007.

Di masa itu, ribuan biksu Buddha turun bergabung dengan pengunjuk rasa, hingga dikenal dengan istilah Revolusi Saffron, merujuk pada warna jubah para biksu.

Peringatan 10 tahun unjuk rasa berlangsung di dalam sebuah biara di Yangon selatan, dengan spanduk-sapnduk yang mengingatkan betapa pentingnya aksi tersebut.

Para biksu Buddha, pegiat prodemokrasi, dan serikat buruh yang turun dalam protes 2007 lalu berdatangan ke biara.

Banyak dari mereka pernah menjadi tahanan politik -setelah mendukung hak asasi dan demokrasi.

Mungkin ada pandangan yang berbeda dari kelompok ini terkait masalah Rohingya?

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com