Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia dan Mesir Harus Menjadi Poros Islam Moderat

Kompas.com - 05/10/2017, 16:44 WIB
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir

Penulis

KAIRO, KOMPAS.com - Indonesia dan Mesir telah berkontribusi bagi perdamaian dunia di masa yang lalu, khususnya dalam mendorong kemerdekaan bangsa-bangsa dunia ketiga.

Kedekatan kedua negara di masa lalu hendaklah dapat diterjemahkan dalam kontek kekinian baik kerja sama politik, ekonomi, dan sosial budaya.

Di antara konteks kekinian tersebut, Indonesia dan Mesir harus menjadi poros Islam moderat.

Hal tersebut mengemuka dalam seminar "Visi Masa Depan Hubungan Indonesia Mesir", yang diselenggarakan oleh KBRI Kairo berkerjasama dengan Pusat Kajian Politik dan Media "El-Hewar", Rabu (4/10/2017), dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Mesir.

Turut berpartisipasi dalam seminar tersebut, dari sisi Indonesia antara lain Prof Dr Sri Adiningsih Ketua Wantimpres; Sidarto Danusubroto, anggota Wantimpres; Dr  N Hassan Wirajuda, mantan Menteri Luar Negeri RI, dan Prof Dr Azyumardi Azra, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Baca: Melihat Kembali Perjalanan Soeharto ke Kairo

Dari sisi Mesir hadir antara lain Letjen Tarek Ridwan, Ketua Komisi Kerja Sama Luar Negeri Parlemen Mesir; Tarek Al-Mahdy, mantan Menteri Luar Negeri Mesir; Duta Besar Izzat Saad, mantan Kepala Perwakilan Mesir di Jakarta; Mr Saad Salem, Pemimpin Umum Harian Gomhouria; Prof Dr Yusuf Amer, Dekan Fakultas Bahasa dan Terjemah Universtas Al-Azhar mewakili Grand Sheikh Al-Azhar; Prof Dr Ibrahim Hud-Hud, mantan rektor  Universitas Al-Azhar mewakili Ketua komisi Agama Parlemen Mesir; Ir Abdel Salam Mahgoub, anggota Parlemen Mesir dan Direktur Utama Pusat Studi Politik dan Media "El-Hewar";  Prof Dr Hassan Yusuf, Ketua Pusat Studi Indonesia Universitas Suez Canal;  Prof Dr Magda Saleh, Ketua Pusat studi ASIA Universitas Kairo, serta pengamat dan pemikir bidang politik, ekonomi dan sosial budaya dari berbagai lembaga di Mesir.                   

Dalam paparannya, anggota Wantimpres, Sidarto Danusubroto mendorong Indonesia dan Mesir agar dapat menjadi poros Islam Moderat Dunia.

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya Muslim terbesar, sementara Mesir sebagai negara Arab Muslim terbesar di kawasan, dianggap mampu untuk menyebarkan Islam yang moderat.

“Kita bisa sama-sama mempromosikan Islam yang moderat, damai, berkeadilan dan berkemakmuran. Hal ini karena Mesir memiliki Al-Azhar yang merupakan kiblat dari Islam Sunni dunia."

Sementara itu Adiningsih selaku pembicara kunci mengharapkan agar di masa-masa yang akan datang kedua negara dapat mengembangkan dimensi kerja sama seperti pengentasan kemiskinan, pendidikan, investasi dan bidang lainnya yang mendorong kemajuan kedua bangsa.

"Potensi kerja sama ekonomi kedua negara sangat besar dan perlu dimanfaatkan untuk kemakmuran kedua negara".

Baca: Meski Sudah Dilobi KBRI, Mesir Tetap Deportasi 4 Mahasiswa Indonesia

Hubungan Indonesia dan  Mesir memang sangat bersejarah.

"Hingga saat ini ketika berbicara Mesir, kita selalu teringat setidaknya pada dua hal, pengakuan kemerdekaan dan kedekatan founding fathers Soekarno dan Nasser. Kita ini teman dalam suka dan duka", kata Duta besar RI Kairo, Helmy Fauzy dalam sambutan pembukaan.

Dubes Helmy menyampaikan bahwa Indonesia harus move on dan terus tingkatkan hubungan di berbagai bidang, tidak hanya politik, tapi juga ekonomi dan investasi.

Sementara itu, salah satu pembicara Mesir, Prof Dr Amer, Dekan Fakultas Bahasa dan Terjemah Universtas Al-Azhar, dalam sambutannya mewakili Grand Sheikh Al-Azhar, Prof Dr Ahmed el-Tayeb, ketika berbicara tentang bangsa Indonesia, dia memiliki kesan yang sangat positif.

Menurut Ahmed el-Tayeb, umat Islam Indonesia sangat menghormati Al-Azhar sebagai pusat ilmu-ilmu ke-Islaman tertua di dunia.

Masyarakat Indonesia tahu bahwa Al-Azhar adalah lembaga Islam terbesar yang menyebarkan ajaran Islam moderat, toleran, damai, dan menerima perbedaan.

Prof Dr Ibrahim Hud-Hud, mantan rektor Universitas Al-Azhar, menambahkan, keberadaan organisasi-organisasi Islam seperti Nahdhatul Ulama dan peran tokoh Alumni Al-Azhar Prof Dr M Quraish Shihab dan yang lainnya, sangat penting di dalam berdakwah menyebarkan ajaran Islam yang toleran dan membina umat Islam Indonesia dalam meningkatkan hubungan vertikal dengan Tuhan dan hubungan horisontal antar sesama manusia.

Hanya dengan cara itu, pada gilirannya tercipta sebuah pola hubungan yang harmonis antarsesama warga bangsa di dalam membangun negara yang sejahtera dan penuh kedamaian.

Baca: Mesir Menahan Empat Mahasiswa Al-Azhar Asal Indonesia

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kerjasama Indonesia-Mesir di masa yang akan datang, Azyumardi mengusulkan pentingnya penerjemah pemikiran-pemikiran ulama dan intelektual Indonesia ke dalam bahasa Arab, karena telah terbukti, di masa lalu ulama Indonesia dan Mesir saling mempengaruhi dan menciptakan sebuah konsep dan budaya keilmuan yang kuat.

Tidak sedikit ulama Indonesia belajar dari ulama Mesir, demikian sebaliknya, ulama Mesir juga banyak yang nyantri kepada ulama Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com