Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomasi “Gulai Kepala Ikan” demi Biaya Kuliah Anak-anak WNI

Kompas.com - 05/10/2017, 16:01 WIB

KOMPAS.com - Hubungan antara pejabat Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kinabalu dan pihak Universitas Malaysia Sabah mesra di siang hari itu di sebuah restoran di pusat belanja di Kinabalu, Selasa (3/10/2017).

Konsul Jenderal RI Akhmad DH Irfan dan staf menjamu Rektor Universitas Malaysia Sabah (UMS), Prof Dr Kamaluddin dan staf dengan "kuliner dua bangsa”.

Gulai kepala ikan menjadi pembuka pembicaraan informal antara kedua pihak khususnya pembicaraan tentang pendidikan anak-anak WNI di Sabah yang telah lulus SMA dan akan melanjutkan sekolahnya di universitas.

Konjen Irfan didampingi PF Sosbud Cahyono, Kepala SIKK Istiqlal, Atase Imigrasi Soleh, dan HOC Hadi Syarifuddin berturut-turut menyampaikan informasi kepada Rektor UMS tentang nasib anak WNI yang sulit melanjutkan sekolahnya selepas lulus SMA.

Kesulitan utama adalah karena keterbatasan biaya dimana para orang tua yang pada umumnya hanya bekerja sebagai peladang sawit.

Baca: KJRI Kota Kinabalu Promosikan Indonesia di MATTA Fair Sabah2017

Akan terasa sangat berat jika para orang tua ini harus mengirim anaknya ke sebuah universitas di Indonesia, dimana selain harus membayar uang kuliah juga perlu menyediakan biaya hidup.

Oleh sebab itu dimohon agar UMS dapat membantu anak-anak ini untuk berkuliah di UMS.

Menjawab permohonan ini, Prof Dr Kamaluddin mengatakan bahwa Universitasnya tidak keberatan jika ada anak WNI ingin kuliah tetapi akan diperlakukan sebagai mahasiswa asing dengan bayaran yang lebih mahal dari mahasiswa lokal.

Sambil menambah lauk cumi goreng tepung ke piringnya Kamaluddin menambahkan, sampai saat ini universitasnya belum memperlakukan mahasiswa WNI dengan bayaran khusus yang lebih murah, sama seperti mahasiswa lokal.

Juga belum memungkinkan untuk memberikan bea siswa penuh kepada mahasiswa WNI mengingat hal itu memerlukan kebijakan dari pimpinan Negeri Sabah.

“Ada ribuan mahasiswa asing dari berbagai negara di UMS yang sesuai dengan ketentuan semua diharuskan membayar uang kuliah yang lebih mahal dari mahasiswa setempat (lokal),”  

Baca: Anak-anak TKI di Sekolah Indonesia di Sabah untuk Pertama Kali Ikuti UN

“Oleh karena itu, memberi fasilitas bayaran seperti mahasiwa setempat kepada mahasiswa dari Indonesia akan berdampak semua mahasiswa asing akan meminta fasilitas yang sama," kata Kamaluddin.

"Walaupun begitu saya akan mencatat permohonan ini dan akan membicarakannya pada level yang lebih tinggi lagi,” ujar Kamaluddin lagi.

Mengakhiri pertemuan, Kamaluddin memuji “masakan dua bangsa” terdiri dari gulai kepala ikan, cumi goreng tepung, tahu asam pedas, dan kangkung belacan yang menjadi menu jamuan makan siang oleh Konjen Irfan.

"Kebanyakan kedai makan di Malaysia maupun Indonesia menyajikan makanan dengan bumbunya yang tidak jauh berbeda. Sehingga perbedaan rasa enaknya tergantung dari chef yang ada di dapur,” katanya.

“Pada umumnya perbedaan utama adalah di Malaysia rasa pedas kurang begitu disukai”, demikian kata guru besar anestesi di Fakultas Kedokteran UMS itu menutup pembicaraan.

Baca: Ratusan TKI Dipulangkan setelah Ditahan di Sabah, Malaysia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com