Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan Kuburan Massal di Rakhine, Terbanyak Jenazah Perempuan

Kompas.com - 25/09/2017, 10:57 WIB

SITTWE, KOMPAS.com - Pemerintah Myanmar mengatakan telah menemukan kuburan massal di negara bagian Rakhine berisi 28 jenazah, hampir semuanya perempuan.

Pemerintah mengatakan 'mereka adalah warga Hindu yang dibunuh oleh milisi Rohingya'.

"Aparat keamanan telah menemukan dan membongkar 28 jenazah warga Hindu yang dibunuh secara kejam oleh ekstremis ARSA di negara bagian Rakhine," demikian pernyataan militer yang dimuat di situs online resmi, seperti dilaporkan BBC, Senin (25/9/2017).

Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) adalah kelompok yang dituding melancarkan gerakan bersenjata untuk membela warga minoritas Muslim di Rakhine.

Menurut militer Myanmar, jenazah yang ditemukan terdiri dari 20 perempuan dan delapan laki-laki, termasuk enam anak berusia di bawah 10 tahun.

Kuburan massal tersebut ditemukan setelah aparat keamanan “mendapati bau busuk dari lokasi penemuan yang kemudian diketahui sebagai kuburan massal”.

Baca: Jenderal Min Aung Sebut Rohingya Tak Berakar di Myanmar

Lokasinya berada di Desa Ye Baw Kya, di dekat komunitas yang banyak didiami warga Muslim dan Hindu di Rakhine utara.

Juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, kepada wartawan kantor berita AFP  membenarkan penemuan kuburan massal.

Seorang pejabat di Rakhine yang tidak bersedia menyebutkan nama juga mengatakan hal yang senada.

Akses ke negara bagian tersebut sangat dibatasi dan pernyataan tersebut tidak bisa diverifikasi secara independen.

Pada 25 Agustus 2017, milisi Rohingya – militer Myanmar menyebut mereka ARSA – melancarkan serangan kepada lebih dari 30 pos keamanan sehingga puluhan orang tewas.

Serangan itu memicu operasi militer besar-besaran oleh otoritas keamanan Myanmar, yang digambarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai pembersihan etnis.

Baca: Sebulan Kendalikan Rakhine, Militer Myanmar Tewaskan 69 Warga

Lebih dari 430.000 warga Rohingya meninggalkan Rakhine menuju negara tetangga Banglades untuk menghindari gelombang kekerasan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com