Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah-Kisah Horor dari Rohingya, "Ya Allah.... Ya Allah...”

Kompas.com - 08/09/2017, 18:19 WIB

KOMPAS.com - HAMPIR 150.000 warga Rohingya telah meninggalkan negara bagian Rakhine, Myanmar, untuk menyelamatkan diri dari kekerasan senjata di sana.

Banyak dari mereka berkisah tentang pembunuhan, pemerkosaan, dan bahkan pembantaian.

Di lepas pantai selatan Banglades, deretan kapal nelayan berbentuk melengkung bagai sabit bergerak mendekati pantai, menentang angin kencang yang berbahaya.

Saat mereka mendekat, tampak jelas, perahu-perahu itu sarat dengan manusia. Perempuan di lantai perahu, sebagian bersama anak-anak, kaum laki-laki dewasa berjejer di tepi perahu.

Inilah kapal bermuatan kaum Muslim Rohingya, yang melarikan diri dari negara bagian Rakhine.

Warga Banglades di kampung itu berkumpul di tepi pantai dengan resah. "Lewat sini, ke sini!" teriak mereka sambil menuntun perahu ke perairan dangkal.

Begitu menyentuh garis pantai dekat Shamlapur itu, sejumlah pria melompat. Para wanita dan anak-anak dibantu turun. Ada pasangan yang hampir jatuh saat kaki mereka tersandung.

Baca: Rohingya, Mereka yang Terempas sebagai “Kalas” di Tanah Penuh Berkat

Rute langsung melintasi sungai Naf tidak dapat diakses lagi.  Pihak berwenang Banglades telah menutup jalur itu.

Penutupan dilakukan untuk mencegah kedatangan kaum Rohingya dari arah itu setelah beberapa orang minoritas Muslim Myanmar itu tenggelam dalam upaya mereka menyeberangi perbatasan.

Jadi, mereka mengambil jalan memutar, menuju ke laut terlebih dahulu sebelum kembali.

Sebuah perjalanan yang harusnya memakan waktu kurang dari satu jam jadi harus menempuh sekitar enam sampai delapan.

Saat orang-orang Rohingya itu mencapai pantai, mereka langsung ambruk bertumpang tindih. Banyak yang terlihat linglung dan bingung setelah menempuh pelayaran.

Yang lainnya tampak mengalami dehidrasi, beberapa muntah-muntah. Ada pula, juga kaum pria, yang kemudian terisak tak terkendali, mereka terengah-engah.

Mereka seakan tidak percaya bahwa mereka hidup. Yang lain dipinjami telepon genggam oleh penduduk setempat sehingga mereka bisa menelpon keluarga trcinta dan mengabarkan keberhasilan mereka mencapai Banglades.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com