Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin: Korut Lebih Suka Makan Rumput daripada Abaikan Program Nuklir

Kompas.com - 06/09/2017, 18:56 WIB

XIAMEN, KOMPAS.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin, berpendapat, sanksi atas Korea Utara (Korut) tidak berguna. Ia mengatakan, mereka akan “lebih suka makan rumput daripada menghentikan program nuklirnya”.

Amerika Serikat (AS) sebelumnya mengatakan akan mengusulkan resolusi baru ke PBB sebagai tanggapan atas uji coba bom nuklir oleh Korut yang telah dilakukan pada Minggu (3/9/2017).

Putin juga mengatakan, peningkatan “histeria militer” bisa mengarah pada bencana global dan menambahkan, diplomasi adalah satu-satunya jawaban.

China, yang merupakan sekutu utama Korut, juga menyerukan agar kembali ke meja perundingan.

Presiden Putin menyampaikan pendapatnya itu dalam pertemuan puncak negara-negara perekonomian baru Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) di Xiamen, China, Selasa (5/9/2017.

Makan rumput

Walau mengecam uji coba nuklir Korut sebagai tindakan provokatif,  Putin juga menambahkan, "Sanksi dalam bentuk apapun sekarang tidak akan berguna dan tidak efektif."

Baca: Guncangan Kuat di Korea Utara, Diduga Ledakan Uji Coba Nuklir

"Mereka akan lebih suka makan rumput daripada mengabaikan program (senjata nuklir) mereka kecuali mereka merasa aman. Dan apa yang bisa memapankan keamanan? Pemulihan hukum internasional. Kita harus mendukung dialog di antara pihak-pihak yang berkepentingan."

Dengan merujuk aspek kemanusiaan, Putin mengatakan, jutaan orang akan menderita akibat langkah yang ketat. "Sanksi sudah kelelahan".

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, pada Selasa (5/9/2017) mengatakan, hanya sanksi yang paling keras yang memungkinkan masalahnya diselesaikan lewat diplomasi.

Kanselir Jerman, Angela Merkel, kemudian mendukung posisi itu dengan mengatakan, tambahan sanksi dibutuhkan secara mendesak untuk menghadapi “pelanggaran mencolok konvensi internasional”.

Dewan Keamanan PBB pada Agustus lalu secara bulat memutuskan untuk melarang ekspor Korut dan membatasi investasi negara itu.

Baca: Sejarah Pengembangan dan Uji Coba Senjata Nuklir Korea Utara

Haley tidak merinci sanksi tambahan yang mungkin diambil namun para diplomat mengatakan embargo minyak akan memiliki dampak yang melumpuhkan.

Bisa juga ditempuh larangan atas maskapai penerbangan Korut, pembatasan untuk warganya yang bekerja di luar negeri, pembekuan aset dan larangan bepergian bagi para pejabat negara itu.

Presiden Putin juga mengatakan, “histeria militer” akan tidak mengarah ke hal yang baik dan malah akan bisa mendorong bencana global. "Tidak ada jalur selain yang damai," tegasnya.

Gelar latihan lagi

Pernyataan itu tampaknya ditujukan untuk menanggapi Dubes Nikki Haley yang juga mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un, adalah pihak yang “meminta perang”. "Perang tidak pernah menjadi sesuatu yang diinginkan AS."

Menyusul uji coba, yang menurut pemerintah Pyongyang merupakan bom hidrogen, Korea Selatan, pada Selasa (5/9), kembali melakukan latihan penembakan rudal ke laut yang merupakan latihan kedua setelah uji coba Korut.

Baca: Nikki Haley: Korut "Mengemis" untuk Terjadi Perang

Seoul sudah mengatakan akan menggelar latihan rudal lagi pada bulan ini.

Sementara itu Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korsel, Moon Jae-in, secara prinsip sepakat untuk mencabut pembatasan berat untuk hulu ledak rudal Korsel yang sekarang maksimal 500 kg, untuk memberi tekanan lebih besar atas Korut.

Korsel juga mengatakan akan menyiapkan empat peluncur lagi untuk sistem pertahanan rudal AS,  Terminal High Altitude Area Defence (THAAD), sebagai tambahan bagi dua peluncur yang sudah ada di Seongju, sebelah selatan Seoul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com