Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, pada Selasa (5/9/2017) mengatakan, hanya sanksi yang paling keras yang memungkinkan masalahnya diselesaikan lewat diplomasi.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, kemudian mendukung posisi itu dengan mengatakan, tambahan sanksi dibutuhkan secara mendesak untuk menghadapi “pelanggaran mencolok konvensi internasional”.
Dewan Keamanan PBB pada Agustus lalu secara bulat memutuskan untuk melarang ekspor Korut dan membatasi investasi negara itu.
Baca: Sejarah Pengembangan dan Uji Coba Senjata Nuklir Korea Utara
Haley tidak merinci sanksi tambahan yang mungkin diambil namun para diplomat mengatakan embargo minyak akan memiliki dampak yang melumpuhkan.
Bisa juga ditempuh larangan atas maskapai penerbangan Korut, pembatasan untuk warganya yang bekerja di luar negeri, pembekuan aset dan larangan bepergian bagi para pejabat negara itu.
Presiden Putin juga mengatakan, “histeria militer” akan tidak mengarah ke hal yang baik dan malah akan bisa mendorong bencana global. "Tidak ada jalur selain yang damai," tegasnya.
Gelar latihan lagi
Pernyataan itu tampaknya ditujukan untuk menanggapi Dubes Nikki Haley yang juga mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un, adalah pihak yang “meminta perang”. "Perang tidak pernah menjadi sesuatu yang diinginkan AS."
Menyusul uji coba, yang menurut pemerintah Pyongyang merupakan bom hidrogen, Korea Selatan, pada Selasa (5/9), kembali melakukan latihan penembakan rudal ke laut yang merupakan latihan kedua setelah uji coba Korut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.