Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: 87.000 Pengungsi Rohingya Membanjiri Banglades

Kompas.com - 04/09/2017, 19:48 WIB

DHAKA, KOMPAS.com –  Sekitar 87.000 pengungsi etnis minoritas Rohingya telah tiba di Banglades sejak kekerasan meletus di negara tetangga Myanmar pada 25 Agustus, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (4/9/2017).

Ribuan minoritas Rohingya tanpa kewarganegaraan itu telah meninggalkan Myanmar. Mereka memenuhi wilayah perbatasan kedua negar sejak pertempuran terbaru itu meletus.

Kedatangan pengungsi baru itu menambah beban berat bagi kamp-kamp pengungsi Rohingya yang sudah penuh sesak di Banglades, yang lari dari kekerasan pada Oktober 2016.

Penumpukan persoalan itu menimbulkan kekhawatiran akan krisis kemanusiaan parah karena para aktivis masih kesulitan untuk menangani derasnya arus pengungsian itu.

Sekitar 20.000 orang telah berkumpul di perbatasan dan mereka sedang mengantre untuk masuk ke Banglades, kata PBB dalam sebuah laporan.

Baca: Tokoh Agama Buddha Indonesia Serukan Bantuan untuk Rohingya

Dhaka meningkatkan kontrol di perbatasan menyusul kekerasan terbaru di negara bagian Rakhine, Myanmar pada 25 Agustus lalu.

Seorang penjaga perbatasan Banglades mengatakan, dengan begitu banyak orang yang putus asa terus mengalir dari Rakhine, telah menggugah kemanusiaan mereka untuk menerimanya.

"Jumlah kali ini jauh kebih besar dari yang sebelumnya," kata penjaga tersebut, yang meminta namnya dirahasiakan, sambil membandingkan dengan pengungsi usai kekerasan pada Oktober 2016.

"Jika terus berlanjut, kami bakal menghadapi masalah serius, tapi tidak mungkin menghentikan arusnya orang-orang ini karena mereka terus mengalir."

Banyak pendatang baru kekurangan tempat berlindung dari hujan yang turun dengan lebatnya di wilayah perbatasan Banglades dan Myanmar. Ratusan tempat penampungan darurat baru telah bermunculan di luar kamp-kamp yang ada, dalam beberapa hari ini.

Baca: Unggah Foto 'Hoax' Pembantaian Rohingya, Tifatul Minta Maaf

"Sudah turun hujan sejak minggu lalu, kami harus menjaga agar anak-anak agar tidak sakit," kata Amena Begum, ibu lima anak yang baru saja tiba di Rakhine.

Rakhine telah menjadi daerah paling berbahaya karena dilanda kekerasan sejak tahun 2012, saat kerusuhan pertama meletus. Sejumlah orang terbunuh dan puluhan ribu orang mengungsi.

Namun bentrokan bersenjata terbaru, yang dipicu oleh serangan gerilyawan Rohingya ke pos penjagaan perbatasan pada Otober 2016, adalah yang terburuk.

Tentara Myanmar telah mengatakan hampir 400 orang tewas dalam pertempuran yang terjadi, termasuk 370 gerilyawan Rohingya.

Baca: Presiden PKS Minta Masalah Rohingya Tak Dibawa ke Tanah Air

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com