Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Warga Rohingya Melarikan Diri ke Banglades

Kompas.com - 23/08/2017, 19:27 WIB

DHAKA, KOMPAS.com – Ribuan warga Rohingya melarikan diri ke Banglades sejak Myanmar membangun kekuatan militernya di negara bagian Rakhine yang bergolak, awal Agustus ini.

Informasi itu disampaikan oleh pemimpin komunitas minoritas Rohingya, Abdul Khaleq, di kepada kantor berita Perancis, AFP, Rabu (23/8/2017) di Banglades.

Rakhine yang terletak di Myanmar utara telah terperangkap dalam kekerasan mematikan sejak Oktober 2016, ketika militan menyerang pos polisi perbatasan sehingga sembilan polisi tewas.

Serangan militan itu menjadi titik awal opereasi militer di wilayah Rakhine, yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diyakini diwarnai kekerasan dan bahkan terjadi pembersihan etnis Rohingya.

Otoritas Myanmar pada 12 Agustus 2017 mengatakan, ratusan tentara telah dikerahkan ke Rakhine untuk menjaga keamanan dari ancaman pemberontak.

Baca: Pemerintah Myanmar Diminta Selesaikan Kasus RohingyaSecara Adil

Pemimpin Rohingya di Banglades mengatakan, sedikitnya 3.500 orang telah tiba di negara itu dari Myanmar sejak pertengahan Agustus ini.

Orang-orang tersebut membuat populasi di kamp pengungsi yang sudah penuh sesak di area Cox's Bazaar, dekat sungai Naf  yang memisahkan kedua negara, sudah semakin padat.

"Di kamp Balukhali saja, sekitar 3.000 orang Rohingya tiba dari desa mereka di Rakhine," kata Abdul Khaleq, merujuk pada kamp penampungan sementara di sungai Naf.

Kamal Hossain, seorang tetua Rohingya di kamp lain, mengatakan, hampir 700 keluarga telah tiba di Banglades dalam 11 hari terakhir.

Banyak yang tidur di tempat terbuka karena tidak ada tempat lagi di kamp, katanya.

Dhaka memperkirakan bahwa hampir 400.000 pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi darurat di  Cox's Bazar.

Baca: Lari dari Kekerasan Myanmar, 21.000 Warga Rohingya Tiba di Banglades

Lebih dari 70.000 orang di antaranya tiba pada Juli lalu. Sebagian perempuan membawa kisah bahwa mereka telah menjadi korban kekerasan seksual aparat Myanmar.

dapat tentangan dari kelompok hak asasi manusia.

Pada Rabu ini, Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan bahwa mereka "sangat prihatin" dengan laporan sebuah kapal yang membawa Rohingya diperintahkan untuk kembali ke Myanmar.

"UNHCR sangat prihatin dengan insiden ini, yang menurut penjaga pantai, ada wanita dan anak-anak yang mengaku melarikan diri dari kekerasan," kata juru bicara UNHCR kepada AFP.

"Dalam konteks keamanan saat ini, mayoritas – jika tidak semua – orang  yang menyeberang dari Myanmar ke Banglades diyakini melarikan diri dari rasa tidak aman," katanya.

Baca: Myanmar Bentuk Komite Pemantau Krisis Rohingya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com