Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Afsel Berupaya "Ganjal" Rencana Lelang Online Cula Badak Minggu Depan

Kompas.com - 18/08/2017, 17:13 WIB

JOHANNESBURG, KOMPAS.com - Otoritas Afrika Selatan menentang pelelangan online cula badak yang akan dimulai minggu depan.

Para konservasionis marah dengan rencana itu, dan meyakini penjualan tersebut akan merusak larangan perdagangan global cula badak.

Lelang tiga hari yang digelar John Hume dari Afrika Selatan, -yang mengelola peternakan badak terbesar di dunia, terjadi setelah larangan perdagangan dalam negeri di negara tersebut dicabut tiga bulan lalu.

Seperti diberitakan AFP, Jumat (18/8/2017), otoritas Afrika Selatan juga akan berupaya mengganjal permohonan ijin penjualan yang ajukan Hume ke pengadilan. 

"Menteri Lingkungan Hidup menentang permohonan tersebut," kata Pemerintah Afrika Selatan dalam sebuah pernyataan.

Namun Pengacara Hume, Izak du Toit mengungkapkan, sebenarnya ijin tersebut telah disetujui, namun tidak dikeluarkan.

"Kami akan pergi ke Pengadilan Tinggi untuk mengupayakan ijin tersebut," kata du Toit menjelang pelelangan yang akan dimulai pada hari Senin.

Hume dan beberapa penyokong lainnya mengatakan, perburuan liar hanya dapat dihentikan dengan memenuhi permintaan besar dari Asia melalui cula "panen".

Cula panen itu diambil secara sah dari badak yang menjalani anestesi.

Kini, Hume memiliki tumpukan enam ton cula, dan ingin melepas sebanyak 500 kilogram di antaranya dalam lelang itu. 

Afrika Selatan adalah rumah bagi sekitar 20.000 badak, atau sekitar 80 persen populasi di seluruh dunia.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, wilayah itu telah dicemari oleh ulah para pemburu cula. 

Cula badak terutama terdiri dari keratin, komponen yang sama seperti pada kuku manusia.

Bagian tubuh badak ini dijual dalam bentuk bubuk sebagai obat yang layak untuk kanker dan penyakit lainnya. Praktik ini banyak terjadi di Vietnam dan China.

Saat ini, harga cula badak di pasar gelap, diperkirakan mencapai 60.000 dollar AS per kilogram -lebih dari harga emas atau pun kokain.

Joseph Okori, dari International Fund for Animal Welfare (IFAW), menggambarkan pelelangan itu sebagai hal yang menyedihkan.

"Ada motif yang disengaja untuk menargetkan orang-orang di negara-negara di mana warganya mengonsumsi cula badak," kata Okori.

Baca: Hadiah Rp 40 Juta bagi Penemu Cula Badak Hitam yang Raib

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com