JERUSALEM, KOMPAS.com - Pemerintah Israel, Minggu (6/8/2017), mengungkapkan, rencana menutup kantor-kantor Al-Jazeera muncul setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh media terseut menyiarkan hasutan.
Netanyahu mengatakan pada 27 Juli lalu, bahwa dia ingin Al-Jazeera diusir dari Israel. Penegasan itu muncul di tengah ketegangan yang terjadi di sebuah situs suci Jerusalem.
Baca: Soal Al-Aqsa, PM Netanyahu Ancam Usir Al-Jazeera dari Israel
"Al-Jazeera telah menjadi alat utama kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), Hamas, Hizbullah, dan Iran."
Demikian dikatakan Menteri Komunikasi Israel Ayoob Kara, yang juga anggota Komunitas Druze dari Partai Likud di mana Netanyahu bergabung.
Pernyataan itu diungkapkan dalam sebuah konferensi pers, seperti dikutip kantor berita AFP.
Kara menuduh lembaga penyiaran yang berbasis di Qatar itu telah memunculkan hasutan tentang kekerasan, yang memicu banyak kerugian.
"Kerugian muncul di antara putra-putra terbaik kami," kata dia merujuk pada pembunuhan dua polisi dalam serangan 14 Juli di dekat kompleks masjid Al-Aqsa di Jerusalem timur.
Baca: 2 Polisi Ditembak Mati, Israel Tutup Masjid Al-Aqsa untuk Shalat Jumat
Netanyahu mengunggah komentar di akun Twitter-nya, yang menyampaikan ucapan selamat untuk Kara, yang dinilai telah mengambil langkah kongkret untuk mengakhiri hasutan Al-Jazeera di Israel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.