Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Jubir hingga Kepala Staf, Mereka yang "Didepak" Presiden Trump

Kompas.com - 04/08/2017, 08:10 WIB

Dia memerintahkan para pengacara Departemen Kehakiman untuk tidak melaksanakan Perintah Eksekutif tersebut.

Akibatnya, dalam waktu beberapa jam ia dipecat.

Mengapa ia dipecat?

Dalam pernyataannya Gedung Putih mengatakan Yates telah mengkhianati Departemen Kehakiman dengan menolak untuk melaksanakan ketetapan hukum yang dirancang untuk melindungi warga Amerika Serikat.

Mereka juga menggambarkan Yates sebagai figur yang lemah dalam soal perbatasan dan sangat lemah dalam hal imigrasi ilegal.

Namun, Yates juga yang memberi tahu penasihat Gedung Putih bahwa Michael Flynn telah memperdaya Wakil Presiden soal komunikasinya dengan Duta Besar Kislyak dan menimbulkan risiko pemerasan oleh Rusia.

Pemecatan pejabat di era Obama yang telah secara terbuka menentangnya tentu saja kurang kontroversial dibanding pemberhentian Comey.

Namun kebijakan semacam itu tetap mendapat kritik keras dari Demokrat, yang mengatakan bahwa Yates telah melakukan tugasnya dengan baik, dalam menangani larangan perjalanan.

Masa jabatan?

10 hari.

Preet Bharara, Jaksa Dederal New York, 11 Maret

Bukan hal yang istimewa jika jaksa yang ditunjuk oleh pemerintahan sebelumnya diganti saat Gedung Putih berpindah tangan.

Namun Preet Bharara yang sangat dihormati telah diberitahu secara khusus oleh pemerintahan Trump bahwa ia akan terus menjabat sebagai jaksa.

Bharara telah membangun reputasinya sebagai "Sheriff Wall Street" setelah melakukan sejumlah penuntutan agresif terhadap para pebisnis.

Pada saat pemecatannya, ia tengah menangani sejumlah kasus yang melibatkan tokoh-tokoh penting, termasuk penyelidikan terhadap dana kampanye Wali Kota New York City Bill de Blasio.

Juga, tuduhan pelecehan seksual di stasiun televisi favorit Trump, Fox News.

Mengapa ia dipecat?

Bharara adalah satu dari 46 jaksa yang diminta untuk mengundurkan diri dari pemerintahan Trump.

Alasannya, dia adalah bagian dari perubahan biasa dalam lingkungan jaksa.

Namun ada spekulasi di kalangan Demokrat dan yang lainnya bahwa yurisdiksi Bahara, yang antara lain mencakup Trump Tower, mungkin ini menjadi perhatian presiden.

Beberapa hari sebelum dipecat, tiga tim kode etik menulis surat terbuka yang meminta Bharara untuk menyelidiki apakah perusahaan Trump yang berada di wilayah hukumnya telah menerima pembayaran dari luar negeri.

Sementara itu, sebuah penyelidikan ProPublica mengungkapkan bahwa Bharara sedang menangani penyelidikan perdagangan saham oleh menteri kesehatan Trump yaitu Tom Price.

Tiga senator Demokrat menyurati Jaksa Agung Jeff Sessions yang memintanya untuk menyelidiki pemecatan Bharara.

Masa jabatan?

Tujuh tahun, tujuh bulan.

Paul Manafort, manajer kampanye Trump, 19 Agustus 2016

Paul Manafort, seorang operator politik Partai Republik kawakan, seharusnya menangani kekisruhan di sekitar Trump, namun akhirnya terpuruk.

Ia dipecat setelah lima bulan terlibat dalam kampanye Trump, tiga bulan menduduki sebagai ketua kampanye.

Mengapa ia dipecat?

Tim kampanye Trump tidak memberi alasan atas pengunduran diri Manafort, mereka hanya memberi ucapan selamat dalam pernyataannya.

Namun gelombang berbagai laporan dalam seminggu sebelum pengumuman tersebut menuding Manafort menerima uang pembayaran tunai rahasia dari sebuah partai politik Ukraina pro-Rusia untuk mewakili kepentingan Rusia di Ukraina dan AS.

Saat Manafort menjalankan kampanye, Partai Republik mengubah bahasa dalam manifesto partai mengenai konflik di Ukraina, menghapus sentimen anti-Rusia, yang diduga atas pesanan dua perwakilan kampanye Trump.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com