Dia mengatakan, selama berabad-abad, warga Korea Utara menderita di tangan imperialisme AS.
"Bahkan orangtua saya terbunuh oleh mereka dalam perang Korea. Jadi kita harus mengajari anak-anak kita membalas dendam kepada imperialisme AS," kata dia.
27 Juli 1953 menandai penandatanganan gencatan senjata antara China, Korea Utara, dan pasukan Perserikatan Bangsa-bangsa yang didukung AS.
Kesepakatan gencatan senjata tercapai setelah perundingan yang kerap menemui jalan buntu selama tiga tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, Korea Utara menganggap diri telah memenangi apa yang disebutnya sebagai perjuangan kemerdekaan.
Sejak saat itu pula, Korea terbagi.
Korea Selatan tumbuh menjadi negara demokratis, bangkit dari kehancuran, dan kini menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia.
Namun, dengan tidak adanya perjanjian damai, kedua Korea secara teknis masih dalam perang.
Di bawah dinasti keluarga Kim, Korut sekarang memasuki generasi ketiga di bawah kepemimpinan Kim Jong-Un.
Korut kini mengembangkan senjata nuklir, dan mampu membuat rudal antar-benua -sebuah capaian luar biasa dalam sistem persenjataan yang mampu mengancam AS.
Dalam peringatan-peringatan semacam ini, biasanya Korut melakukan aksi unjuk gigi, dengan penembakan peluru kendali. Namun tidak kali ini.
Baca: Nikki Haley: AS Bisa Gunakan Kekuatan Militer atas Korut
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.