Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Temui Erdogan di Ankara, Apa yang Mereka Bicarakan?

Kompas.com - 07/07/2017, 08:02 WIB

ANKARA, KOMPAS.com - Turki telah mendeportasi 5.000 tersangka teroris dan melarang 53.000 orang masuk ke Turki.

"Lebih dari 3.000 teroris kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), termasuk para pemimpinnya, dinetralisasi dalam operasi militer Perisai Efrat."

Hal itu diungkapkan Presiden Recep Tayyip Erdogan, Kamis (6/7/2017), dalam sebuah konferensi pers di Ankara, bersama Presiden Indonesia Joko Widodo.

Erdogan mengatakan, tersangka teroris dari Asia Selatan termasuk di antara ribuan orang yang dideportasi dari Turki.

Dengan operasi militer Perisai Efrat, pejuang dari pasukan pembebasan Suriah yang didukung oleh militer Turki, mampu mengambil alih wilayah Suriah utara dari ISIS.

Proses itu, kata Erdogan, terjadi antara Agustus tahun lalu hingga Maret 2017.

Operasi tersebut pun telah menyebabkan Turki mampu sepenuhnya membersihkan ISIS dari wilayah perbatasannya.

"Selain itu, operasi militer ini mampu membuka jalan bagi 100.000 warga Suriah kembali ke negara mereka," kata Erdogan.

Dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, Erdogan mengaku membahas isu regional dan perkembangan terakhir di Qatar.

"Kami berkesempatan untuk mendiskusikan langkah bersama yang bisa ditempuh untuk memerangi terorisme di dunia," kata Erdogan.

Berbagi intelijen, memerangi teror

"Kami memasuki periode kritis di mana kita harus lebih berhati-hati dan memaksimalkan pembagian intelijen."

"Kita harus mencegah teroris ISIS yang kini terusir dari wilayah pendudukan mereka, masuk ke negara kita, atau negara sasaran lainnya," kata Erdogan.

"Sebagai pemimpin yang mengikuti perkembangan global, kami mengetahui fakta ini dengan sangat baik, bahwa efisiensi kawasan Asia Pasifik berkembang dari hari ke hari."

"Negara-negara Asia menjadi lebih berpengaruh dalam ekonomi global dan perdagangan," tambah Erdogan.

Membuat kapal selam dan drone

Sementara, Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia dan Turki memiliki potensi kerjasama yang sangat besar.

"Kami telah memutuskan untuk memperkuat kerjasama keamanan anti-teror Indonesia-Turki. Kami ingin melakukannya dengan berbagi intelijen," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, dia bersama Erdogan telah membahas cara untuk mengurangi hambatan dalam perdagangan kedua negara, dan membentuk investasi yang saling menguntungkan.

"Kami sudah bekerja sama di bidang penerbangan, maritim, dan energi," kata Jokowi seperti dikutip dari kantor berita Anadolu.

Widodo juga mengatakan, mereka telah sepakat untuk bekerja sama dalam memproduksi kapal selam dan pesawat tak berawak (drone).

Selain itu Indonesia dan Turki bersama-sama akan membangun pembangkit listrik terapung untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.

Berbicara tentang krisis Teluk, Jokowi berkata, "Saya berharap saluran komunikasi terbuka dan dialog yang konstruktif membantu mengatasi masalah ini."

"Kedua belah pihak sepakat untuk saling berbicara untuk mengakhiri perselisihan ini," sambung Jokowi.

Kedua pemimpin tersebut juga menghadiri upacara penandatanganan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Turki dan Indonesia.

Erdogan dan Jokowi akan menghadiri pertemuan puncak G20 yang akan diadakan di Hamburg, Jerman pada hari Jumat ini.  

Baca: Jelang KTT G20 di Hamburg, Pecah Bentrok antara Polisi dan Pendemo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com