Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Usir Pulang Dua WNI Simpatisan ISIS

Kompas.com - 05/07/2017, 17:08 WIB

SINGAPURA, KOMPAS.com - Pemerintah Singapura mengusir dua tenaga kerja warga negara Indonesia lantaran bersimpati terhadap kelompok teror Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Pemerintah Singapura memulangkan dua tenaga kerja wanita asal Indonesia setelah keduanya ketahuan mengalami radikalisasi di dunia maya atau media sosial.

Salah satu TKW tersebut dikabarkan berniat pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teror ISIS, seperti dilaporkan Deutsche Welle, Rabu (5/7/2017).

Wakil Menteri Dalam Negeri Singapura, Desmond Lee, mengabarkan kepada parlemen, sejak 2015 pihaknya telah memulangkan sembilan tenaga kerja domestik berkewarganegaraan asing yang ketahuan berhubungan dengan kelompok teror, termasuk kedua TKW Indonesia tersebut.

Baca: KBRI Akan Pulangkan Dua WNI yang Terbebas dari Hukuman Mati

Singapura berulangkali diperingatkan mengenai ancaman serangan teror oleh jihadis asing. Lee mengklaim kedua TKW Indonesia merupakan simpatisan ISIS dan mengalami "radikalisasi melalui media-media sosial."

Meski kedua tersangka tidak merencanakan serangan teror, "kami tidak bisa mentolelir dukungan terhadap ideologi radikal, baik oleh penduduk lokal atau warga negara asing," katanya.

Antara 2015 dan 2016 Singapura menangkap 40 tenaga kerja Banglades lantaran isu serupa.  Mereka ditengarai menyiapkan serangan teror di kampung halamannya sendiri.

Enam dari 40 tersangka saat ini masih menjalani masa tahanan di Singapura setelah terbukti terlibat dalam pendanaan terorisme. Sementara sisanya telah dipulangkan.

Baca: Wanita Indonesia yang Datangi ISIS Merasa Ditipu dan Ingin Pulang

Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mewajibkan semua warga negara yang pulang dari Suriah untuk menjalani program deradikalisasi selama satu bulan di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Bambu Apus, Jakarta Timur.

Kebanyakan WNI yang pulang dari Suriah saat ini adalah perempuan dan anak-anak.

"Siapa yang bisa menjamin mereka tidak radikal? Sebagai langkah preventif, kami memberikan mereka pencerahaan melalui program ini," kata Kepala BNPT Suhardi Alius. "Setelah menyelesaikan program, mereka bisa kembali ke rumah masing-masing, katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com