Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/06/2017, 06:05 WIB

BRUSSELS, KOMPAS.com –  Tentara Belgia menembak mati seorang pria terduga pengebom bunuh diri setelah satu ledakan di stasiun kereta api pusat di Brussels, ibu kota Belgia,  Selasa (20/6/2017) petang atau Selasa malam WIB.

Saksi mata mengatakan, tersangka memekikkan nama “Allah Akbar” sebelum memicu ledakkan, seperti dilaporkan kantor berita Perancis, AFP.

Pelaku juga mengaktifkan sebuah bom rompi, namun belum diledakkan. Pihak berwenang langsung menembaknya, namun tidak ada korban jiwa di kalangan sipil, kecuali terduga pengebom.

"Ada ledakan kecil dan tentara di lokasi menembaknya. Pada tahap ini, tidak ada orang lain yang terluka dan situasi terkendali, "kata seorang juru bicara polisi federal, seperti dilaporkan The Guardian.

Baca: Jumlah Korban Tewas Bom Brussels Bertambah 4 Orang

Ratusan warga atau penumpang kereta yang panik dan lari ketakutan pun segera dievakuasi dari stasiun, yang masih trauma akibat serangan teror mematikan pada Maret 2016.

"Ini dianggap sebagai serangan teroris," juru bicara kantor kejaksaan federal Eric Van Der Sypt dalam s,ebuah konferensi pers di luar stasiun Gare Centrale, Brussels.

Situasinya sudah terkendali sepenuhnya dan warga sudah dievakuasi dari stasiun dan alun-alun Grand Place, yang merupakan tujuan wisata populer di dekatnya.

Juru bicara kepolisian mengatakan seorang individu 'dinetralisir' oleh penjaga di tempat kejadian namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Warga Brussels sebenarnya masih trauma dengan ancaman teror setelah kota itu diguncang serangan bom pada 22 Maret 2016,  yang menewaskan 32 orang tewas.

Baca: Belgia Revisi Jumlah Korban Tewas Bom Brussels

Serangan yang terjadi di stasiun kereta bawa tanah Maalbeek dan bandara Zaventem, Brussles, saat itu diklaim oleh kelompok yang menamakan diri Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Dalam insiden terbaru ini , seperti dikatakan oleh seorang jaksa Belgia yang dikutip harian La Libre, pria  yang ditembak mengenakan sabuk bahan peledak dan membawa tas punggung.

Dia memicu bahan peledaknya ketika dia menarik perhatian tentara yang berada di stasiun.

Seorang saksi mata, Arash Aazami, yang tiba di stasiun tak lama setelah ledakan mengatakan kepada BBC bahwa mereka langsung disuruh meninggalkan stasiun lewat teriakan para petugas keamanan.

"Saya lihat ke sekeliling, orang-orang berlarian ke jalanan, berupaya mencari perlindungan dan kami juga melakukan hal yang sama," katanya.

Jalur kereta yang melalui stasiun tersebut dihentikan untuk sementara karena permintaan polisi. Ini merupakan serangan teror terbaru di Eropa, setelah sebelumnya di London, Inggris.

Baca: Kejaksaan Belgia Pastikan Identitas 2 Tersangka Bom Brussels

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com