Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sepak Terjang Maute Bersaudara di Filipina

Kompas.com - 20/06/2017, 15:27 WIB

MARAWI, KOMPAS.com - Sepak terjang kakak beradik Omarkhayam dan Abdullah Maute di Marawi, Filipina selatan, sudah dimulai bertahun-tahun lalu.

Setelah lulus dari SMA Kristen Dansalan College, Maute bersaudara menempuh studi di Timur Tengah.

Menurut Sidney Jones, direktur Institute for Policy Analysis of Conflict di Jakarta, dan Rommel Banlaoi, dari Philippine Institute for Peace, Violence and Terrorism Research di Manila, kakak beradik tersebut berbeda jurusan.

Omarkhayam menuju Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir sedangkan Abdullah menuju ke Jordania. Dalam periode inilah, menurut Jones, Maute bersaudara mengalami proses radikalisasi.

Selang 10 tahun kemudian, kata Banlaoi, mereka kembali ke Mindanao dan mendapat arahan dari Ustaz Sanussi asal Indonesia.

Baca: Sebanyak 13 Tersangka Militan Maute Tertangkap di Zamboanga

Melalui jejaring pria yang belakangan menjadi buronan inilah, Maute bersaudara dapat menjalin kontak dengan sejumlah tokoh radikal Asia Tenggara, seperti pembuat bom asal Malaysia, Zulkifli bin Hir.

Status sosial keluarga Maute yang merupakan bagian dari kaum elite Mindanao menambah kuat posisi Omarkhayam dan Abdullah.

Ayah mereka merupakan seorang insinyur dan ibu mereka terlibat dalam sektor konstruksi dan properti Mindanao.

Bahkan, menurut Banlaoi, keluarga Maute punya hubungan darah dengan para petinggi Front Pembebasan Mindanao (MILF).

"Koneksi-koneksi ini memberikan semacam perlindungan kepada kelompok tersebut," ujar Banlaoi kepada kantor berita AFP.

Sejak konflik di Marawi meletus, ayah dan ibu Maute bersaudara ditangkap. Aparat menyebut penangkapan ibu Maute sangat penting karena dia diduga menjadi penyokong dana kelompok tersebut.

Bahkan, kata Banlaoi, ketujuh putra keluarga Maute terlibat dalam konflik di Marawi.

Kelompok kecil

Pada 2012, kelompok Maute muncul sebagai kelompok kecil dalam pemberontakan milisi Muslim Mindanao.

Seiring berkembangnya popularitas kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kelompok Maute turut naik kelas.

"Saya kira yang membuat kelompok Maute dari kumpulan kerabat menjadi ancaman militer serius adalah kemunculan ISIS di Timur Tengah," papar Sidney Jones.

Sekutu utama kelompok Maute adalah Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok Abu Sayyaf di Mindanao.

Hapilon dijadikan ISIS sebaai pemimpin di Filipina dan diyakini berada di Marawi bersama Maute bersaudara.

Namun, Sidney Jones mengatakan, kepemimpinan ISIS di Filipina telah beralih dari Hapilon ke Maute bersaudara lantaran mereka praktis mengendalikan Marawi.

Baca: Militer Filipina: Militan Maute Hanya Kuasai 20 Persen Kota Marawi

Sebuah rekaman video yang diperoleh militer Filipina menunjukkan Abdullah Maute berdiri dan memberikan instruksi aksi serbuan, sementara Hapilon duduk dan mendengarkan.

Menurut Jones, Maute bersaudara berhasil menjadikan Filipina selatan sebagai basis ISIS sekaligus memikat milisi asing dari Chechnya, Libya, Indonesia, dan Malaysia.

"Sejauh ini semua orang risau dengan ancaman milisi asing yang pulang dari Suriah dan Irak. Namun, tiba-tiba ancaman yang lebih besar justru datang dari milisi asing yang datang ke Mindanao dan tidak pernah menginjakkan kaki di Timur Tengah," kata Jones.

"Marawi telah menjadi tujuan baru untuk berjihad," sambung dia.

Asal kebencian

Hingga kini, orang-orang Mindanao tidak habis pikir bagaimana Maute bersaudara bisa menjadi begitu radikal.

Selang 20 tahun setelah lulus dari SMA Kristen Dansalan College, Omarkhayam dan Abdullah Maute membawa bendera ISIS dan membakar almamater mereka.

"Kami tidak paham dari mana kebencian mereka berasal," kata Zia Alonto Adiong, seorang anggota parlemen daerah di Mindanao.

Duma Sani, mantan dekan di Universitas Mindanao, memiliki putri yang satu angkatan dengan Maute bersaudara di sekolah.

Baca: Benarkah Kelompok Teroris Maute Telah Kuasai Kota Marawi?

Menurutnya, warga setempat tidak mendukung ideologi yang diusung Omarkhayam dan Abdullah Maute.

"Orang-orang ini adalah anak muda yang punya pemahaman sendiri soal Al-Quran dan tidak menghormati sesepuh mereka," kata Sani kepada AFP.

Belum diketahui keberadaan Maute bersaudara. Mereka diyakini masih berada di kawasan Marawi dengan dilindungi jaringan terowongan dan ruang bawah tanah yang bisa menahan gempuran militer Filipina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com