Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peternak di Afsel Pelihara Singa Jantan untuk Menjaga Rumah

Kompas.com - 18/06/2017, 07:31 WIB

PRETORIA, KOMPAS.com - Jika sebagian besar orang memelihara anjing untuk menjaga rumah mereka dari ancaman bahaya maka seorang petani asal Afrika Selatan ini memilih hewan lain untuk keperluan ini.

Tobie Bird (46) dan istrinya Christolien (31) mendaftarkan Lobengula untuk menjaga peternakan mereka di distrik Hopetown, negara bagian Free State, Afrika Selatan.

Siapa Lobengula? Dia adalah seekor singa jantan berusia tiga tahun yang akhirnya "dipekerjakan" sebagai penjaga keamanan setelah Tobie menerima ancaman bulan lalu.

"Saya sedang berada di rumah sakit saat itu dan saya tak bis a memikirkan cara lain untuk melindungi keluarga saya," ujar Tobie yang juga adalah mantan seorang polisi.

Baca: Bawa Singa Keliling Kota, Pria Kaya di Karachi Ditangkap

Lobengula, yang artinya 'laki-laki berperisai panjang' itu dibawa ke peternakan Tobie saat dia berusia satu tahun.

Namun, di peternakan itu Lobengula malah ditolak dan diserang singa-singa lain di peternakan itu hingga terluka sangat parah.

Peternakan milik Tobie memang bukan peternakan biasa tetapi merupakan sebuah game farm, yaitu sebuah tempat yang memang digunakan untuk memelihara hewan liar yang nantinya dilepaskan kembali ke alam bebas atau dijual.

Tobie kemudian memanggil seorang dokter hewan untuk memeriksa Lobengula dan sang dokter menyarankan agar singa itu disuntik mati karena lukanya yang parah.

"Saya tak tega melakukannya. Saya taruh dia di garasi dan dokter memberi Lobengula infus," kenang Tobie.

"Setelah enam pekan, saya mencoba memberinya potongan kecil daging untuk dia makan. Namun, dia tak bisa berdiri karena masih terlalu lemah," tambah Tobie.

Satu hari, sekitar tiga pekan setelah Lobengula diserang, Tobie membuka pintu garasi dan tiba-tiba hewan itu melompat keluar.

"Saya dan istri saya sangat ketakutan saat itu. Bagaimanapun dia adalah seekor singa. Dia tak pernah jadi hewan peliharaan. Dia dibesarkan induknya di alam liar," ujar Tobie.

"Tapi yang dilakukan Lobengula hanya datang, mengendus kami, dan menggosokkan surainya di kaki saya. Dia lalu menghampiri istri saya dan melakukan hal yang sama sebelum dia ambruk," lanjut Tobie.

"Jadi kami tidak mengadopsi Lobengula, dia yang mengadopsi kami," Tobie menegaskan.

Baca: Singa Sirkus Serang Pawangnya di Hadapan Ratusan Penonton

Lobengula lalu dipindahkan ke sebuah kandang seluas tiga hektar, tetapi saat Tobie menyadari ada ancaman terhadap keluarganya dia memutuskan untuk membuka pintu kandang itu di malam hari sehingga Lobengula bisa berkeliling menjaga kediamannya.

"Ini bukan langkah permanen. Kami hanya ingin Lobengula berada di kawasan yang aman bagi dia, inilah yang bisa kami lalukan untuknya sekarang," kata Tobie.

"Dia adalah hewan yang istiwewa dengan kepribadian yang sangat istimewa," tambah Tobie.

Tobie melanjutkan, dia dan istrinya memutuskan tak akan berjalan-jalan di luar rumah saat Lobengula tengah berjaga.

Tobie juga  memastikan selalu ada pagar pembatas antara mereka dan Lobengula.

"Dia belum lama ini memangsa seekor jerapah dewasa. Jika kami keluar saat dia berkeliaran, kemungkinan besar dia akan membunuh kami," kata Tobie.

"Satu-satunya perbedaan antara singa jinak dan singa liar adalah singa jinak sudah tak takut lagi melihat manusia," ujarnya.

Asosiasi Predator Afrika Selatan mengatakan, pihaknya tak merekomendasikan menggunakan singa sebagai penjaga keamanan.

Namun,sejauh semua persyaratan terkait cara memelihara singa terpenuhi maka keputusan itu sepenuhnya berada di tangan peternak.

Pada April lalu, seorang bocah 11 tahun diserang seekor "singa jinak" di sebuah peternakan di luar kota Elisras, Afrika Selatan.

Kristian Prinsloo, nama bocah itu, sempat diterbangkan ke rumah sakit tetapi meninggal dunia akibat luka-lukanya.

Baca: "Selfie" dengan Singa di Taman Safari, Atlet Kriket India Didenda

Sementara itu, para peternak dan petani kulit putih mengklaim belakangan mereka mendapat ancaman pembunuhan dari orang-orang tak dikenal yang berusaha mengusir mereka dari tanah yang sudah mereka garap.

Afriforum, organisasi komunitas warga berbahasa Afrikaans, mengatakan, terjadi 357 serangan terpisah sepanjang tahun lalu dan menewaskan 74 peternak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Telegraph
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com