Itu sebabnya dia sejak dulu bercita-cita mendirikan sebuah masjid liberal.
Di Jerman, Seyran Ates yang kini berusia 54 tahun menjalani pendidikan sebagai imam.
"Sejak lama saya hanya bisa bermimpi, bahwa kelumpok Muslim liberal di Jerman bisa bertemu dan mengamalkan Islam yang menghormati demokrasi," tulisnya dalam sebuah artikel di koran Jerman.
"Saya menunggu cukup lama, bahwa sekali waktu akan ada masjid liberal yang dipimpin seorang imam yang lebih mengerti Islam dari saya.
Tapi karena menunggu terlalu lama, dan merasa seperti dalam cerita "Menunggu Godot", akhirnya saya memutuskan untuk mewujudkan sendiri visi saya," kata Seyran.
Baca: Masjid-masjid di Jerman Didesak untuk Pakai Bahasa Setempat
Menurut Seyran, Islam harus mampu meperbarui dirinya. Karena makin banyak umat muslim yang kini merindukan Islam yang damai, yang memelihara dialog dengan agama-agama lain.
Namun masjid dengan pemahaman itu masih terlalu sedikit di Eropa. "Yang ada hanya masjid dengan pemahaman konservatif, yang samasekali tidak mengijinkan kritik," ujarnya.
"Saat ini, setiap orang Islam harus berani menghadapi pertanyaan, apa yang telah kamu lakukan untuk menghadapi ekstremisme?”
“Apa yang kamu lakukan menghadapi fakta bahwa agamamu disalahgunakan dan didiskreditkan? Di Masjid Ibn-Ruschd-Goethe ini kami akan mencoba menjawabnya," kata imam perempuan Seyran Ates.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.