Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Puerto Rico Menjadi Negara Bagian Ke-51 Amerika?

Kompas.com - 12/06/2017, 07:27 WIB

SAN JUAN, KOMPAS.com - Puerto Rico pada Minggu (11/6/2017) menggelar referendum untuk masa depan negeri itu tetapi pemungutan suara hanya diikuti 23 persen dari 2,2 juta pemilik suara.

Meski demikian hasil referendum tetap dihitung dan hasilnya 97,2 persen setuju Puerto Rico menjadi negara bagian Amerika Serikat.

Sementara 1,5 persen pemilih ingin menjadi negara merdeka, dan 1,3 persen mendukung tak berubahnya status Puerto Rico.

Baca: Turki Kecam Rencana Referendum Kemerdekaan oleh Kurdi Irak

Meski partisipasi masyarakat sangat minim, Gubernur Puerto Rico Rocardo Rosello tetap mengikuti hasil referendum dan akan mempertahankan hasilnya di kancah internasional.

"Kami akan sampaikan ke dunia internasional untuk mempertahankan argumen betapa pentingnya Puerto Rico menjadi negara bagian Hispanik pertama di Amerika Serikat," ujar Rossello.

Sejak 1898, Puerto Rico berstatus "banci" alias bukan wilayah resmi Amerika Serikat tetapi berada di bawah kendali negara besar itu.

Dengan status ini, konstitusi Amerika Serikat berlaku sebagian di Puerto Rico dan membuat pemerintah negeri itu tak sepenuhnya otonom.

Status ini menjadi masalah ketika utang Puerto Rico membengkak menjadi 73 miliar dolar dan selama hampir seabad perekonomian negeri ini macet.

Rossello yang merupakan pemimpin Partai Progresif Baru yang mendukung Puerto Rico menjadi negara bagian AS, mengatakan, pemerintahannya akan bertarung di Washington dan dunia agar negeri Karibia itu menjadi negara bagian ke-51 AS.

"Sehingga warga Puerto Rico memiliki kesempatan yang sama dengan warga lain Amerika Serikat," ujar Rossello.

Pemerintahan Rossello bersikukuh menjadi negara bagian AS merupakan jawaban bagi krisis ekonomi pulau berpenduduk 3,4 juta jiwa yang 45 persennya hidup di bawah garis kemiskinan.

"Saya harap setelah 100 tahun di bawah kendali Amerika, kami bisa mengirim pesan ke Kongres bahwa Puerto Rico siap melakukan sesuatu di masa depan," kata Marco Rodriguez, warga kota Guaynabo yang memilih "ya" dalam referendum.

Baca: Pada Oktober, Catalonia Gelar Referendum Kemerdekaan dari Spanyol

Namun, referendum ini dikritik pihak oposisi yang kemudian memboikot pemungutan suara. Oposisi juga mengkritik biaya referendum yang mencapai 7,5 juta dolar.

Padahal, menurut Partai Demokratik Rakyat yang oposisi, di saat bersamaan pemerintah harus menutup 163 sekolah negeri dan memangkas berbagai biaya akibat kekurangan anggaran.

Meski hasil referendum kelima sejak 1967 ini menunjukkan keinginan bergabung dengan Amerika Serikat tetapi hasil akhir tetap harus diputuskan Kongres.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com