Pendapatan yang melimpah juga memungkinkan pemerintah untuk melakukan ekspansi bisnis dan investasi di luar negeri.
Baca: Parlemen Turki Bahas Peluang Pengiriman Tentara ke Qatar
Di Inggris, Qatar memiliki saham kepemilihan Shard di London, salah satu gedung tertinggi di Eropa dan toko serba ada Harrods.
Tak hanya itu, Qatar juga memiliki kawasan bekas perkampungan atlet Olimpiade London, blok apartemen mewah di Hyde Park dan sebagian kawasan keuangan di Canary Wharf.
Namun, perubahan dramatis juga memiliki sisi-sisi lain.
"Kami menjadi urban ... Kehidupan sosial dan ekonomi kami berubah. Banyak keluarga yang terpisah dan budaya komsumtif makin menonjol," kata Dr Kaltham Al Ghanim kepada wartawan BBC.
Perubahan ini setidaknya terasa di Doha yang tak ubahnya mirip seperti kawasan pembangunan.
Baca: Krisis Qatar Menyulitkan Negara Muslim Non-Arab
Bangunan lama dirobohkan untuk digantikan dengan bangunan baru.
Ditambah dengan kemacetan lalu lintas, bisa dipahami jika warga kota menjadi stres dan makin tidak sabar.
Kedekatan keluarga 'luntur'
Menurut media setempat, sekitar 40 persen perkawinan di Qatar berakhir dengan perceraian.
Lebih dari dua pertiga warga, dewasa dan anak-anak, mengalami kegemukan.
Sejumlah kalangan juga mengkhawatirkan kesenjangan generasi karena sekarang hampir semua anak dibesarkan oleh pengasuh anak dari Indonesia, Filipina, atau Nepal.
Kedekatan hubungan antaranggota keluarga yang begitu kental pada era 1960-an kini seakan menjadi barang langka.