DOHA, KOMPAS.com - Perhatian dunia tertuju ke Qatar dalam beberapa hari belakangan, setelah sejumlah negara Arab memutus hubungan diplomatik, setelah dituduh mendukung ekstremisme dan terorisme.
Qatar menjadi pemain kunci, baik secara regional maupun global, dalam beberapa tahun belakangan, ditandai antara lain dengan kesiapan negara tersebut menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Di luar itu, stasiun televisi Al-Jazeera, yang dimiliki pemerintah, memantapkan diri sebagai salah satu media internasional terkemuka.
Baca: 7 Negara Arab Putuskan Hubungan Diplomatik, Ada Apa dengan Qatar
Di bidang politik, Qatar berupaya untuk menjadi sponsor utama perundingan damai pihak-pihak yang bertikai di Afganistan.
Kondisi ini jelas berbeda beberapa puluh tahun lalu, di mana Qatar ketika itu adalah salah satu kawasan miskin di Teluk.
Beberapa dekade lalu, Qatar tak lebih dari daerah nelayan yang masuk protektorat Inggris.
Negara ini merdeka pada 1971 dan tak lama kemudian menemukan salah satu cadangan gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, nomor tiga setelah Rusia dan Iran.
Dengan cadangan LNG mencapai 900 triliun kaki kubik, Qatar menjadi eksportir LNG terbesar di dunia.
Baca: Qatar Alami Krisis Diplomatik, Bagaimana Nasib Piala Dunia 2022
Penerimaan dari minyak dan gas membuat pendapatan per kapita rata-rata negara ini mencapai lebih dari 100.000 dollar AS, jauh melampaui AS atau Inggris.
Harrods dan perkampungan atlet London
Penerimaan tersebut memungkinkan pemerintah menggratiskan biaya pendidikan, kesehatan, air, dan listrik.
Tersedia bantuan perumahan untuk rakyat dan setiap warga dijamin mendapatkan pendidikan.
Dalam periode lima tahun ini, Qatar mengeluarkan dana 80 miliar poundsterling untuk membangun prasarana umum.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.