Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Putra Mahkota Nepal Bantai Seluruh Keluarganya

Kompas.com - 01/06/2017, 19:00 WIB

Saat Dipendra akan menembak kembali ayahnya, sang paman Dhirendra mencoba membujuknya. Namun, Dipendra malah menembak mati sang paman.

Itulah awal dari pembantaian keluarga kerajaan Nepal. Dipendra kemudian melepaskan tembakan ke semua orang di dalam ruangan itu.

Putri Sharada, istri Dipendra, berlari menuju sang suami dan memeluknya dalam upaya meredakan kemarahannya.

Baca: Sekilas Mengenal Keluarga Kerajaan Thailand

Namun, Dipendra malah melepaskan tembakan beberapa kali ke tubuh istrinya yang membuat Sharada tewas seketika.

Dipendra juga membunuh adik perempuannya Putri Shruti dan suaminya Kumar Gorakha, sang bibi Putri Shova Shai, Putri Shanti, dan Putri Jayanti.

Sementara itu, Ratu Aishwarya dan salah satu putranya, Pangeran Nirajan sebenarnya selamat tetapi kemudian mereka mengejar Dipendra untuk mempertanyakan perbuatannya itu.

Dalam pengejaran itu, Pangeran Nirajan tewas ditembak di dada saat melintasi taman.

Ratu Aishwarya akhirnya bisa mengejar putranya itu. Saat bertanya sambil menangis, Dipendra berbalik dan menembak ibunya hingga tewas.

Dipendra kemudian berjalan menuju ke sebuah jembatan kecil di atas sungai yang mengalir di dalam taman istana.

Di sana Dipendra menembak dirinya sendiri sebanyak enam kali yang membuatnya luka parah dan menderita koma.

Dalam kondisi koma, Dipendra dinobatkan menjadi Raja Nepal tetapi dia meninggal dunia pada 4 Juni 2001. Akhirnya, sang paman Gyanendra dinobatkan menjadi raja baru Nepal.

Lalu apa penyebab Pangeran Dipendra mengamuk dan membunuh sembilan anggota keluarganya?

Banyak rumor tersebar, salah satunya adalah masalah kemarahan Dipendra karena rencana pernihakannya tak disetujui.

Dipendra ingin menikahi Devyai Rana, putri Pashupati SJB Rana, anggota klan Rana yang bermusuhan dengan Dinasti Shah yang menguasai Nepal.

Klan Rana secara tradisional melayani negara sebagai perdana menteri dengan gelar Maharaja hingga 1951 dan anggota keluarga kedua klan ini kerap saling menikahi.

Rumor lain adalah keluarga kerajaan tak ingin Dipendra, sebagai putra mahkota, menikahi perempuan yang memiliki kerabat di India, seperti Devyani.

Selain itu, ibu kandung Devyani, Usharaje Scindia merupakan keturunan kerajaan Gwalior yang tak dianggap sederajat oleh keluarga kerajaan Nepal.

Baca: Raja Baru Saudi Kekuatan Penyatu Keluarga Kerajaan

Selain soal masalah pernikahan, muncul teori konspirasi yang dipicu rasa tak percaya jika Dipendra merencanakan pembunuhan itu, karena baik Raja Birendra maupun Pangeran Dipendra adalah sosok yang sangat populer di tengah warga Nepal.

Salah satu teori konspirasi itu adalah adanya keterlibatan dinas rahasia India (RAW) dan CIA. Namun, inisiatornya adalah Gyanendra yang ingin menduduki tahta Nepal.

Namun, peluangnya menduduki tahta lebih besar jika baik Raja Dipendra dan kedua keponakannya Pangeran Dipendra dan Nirajan meninggal dunia.

Apalagi, Gyanendra dan putranya Pangeran Paras kurang populer dan disukai rakyat Nepal. Dan, saat pembantaian terjadi Gyanendra berada di Pokhara sementara keluarga kerajaan lainnya datang dalam jamuan makan malam itu.

Istri Gyanenra Komal Paras dan putrinya Prerana berada di ruang makan kerajaan tetapi tak terluka.
Kecurigaan sebagian orang semakin besar karena di saat seluruh anggota keluarga Birendra tewas, tak satupun keluarga Gyanendra yang menjadi korban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Sumber Wikipedia,BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com