Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenya Resmikan Jalur Kereta Api Baru yang Dibiayai China

Kompas.com - 01/06/2017, 15:26 WIB

NAIROBI, KOMPAS.com - Pada Rabu (31/5/2017), kereta api pertama berangkat dari kota pelabuhan Mombasa menuju ibu kota Kenya, Nairobi.

Keberangkatan ini menandai berfungsinya jaringan rel kereta api baru bantuan China yang menyatukan seluruh wilayah negeri Afrika Timur itu.

Baca: Angola Tertarik Kembangkan Kerja Sama Industri Pesawat dan Kereta Api

Presiden Uhuru Kenyatta melepas keberangkatan Madaraka Express lewat jaringan rel yang dibangun China hanya dalam waktu 3,5 tahun.

Tak hanya itu, pembukaan jalur kereta api ini digelar 18 bulan lebih cepat dari jadwal yang sudah ditetapkan.

Dengan jalur baru ini, perjalanan  kereta api dari Mombasa ke Nairobi bisa ditempuh dalam waktu 4,5 jam, sementara lewat jalur lama yang dibangun Inggris seabad lalu perjalanan antara kedua kota itu butuh 12 jam.

Di masa depan, jalur kereta api ini akan diperpanjang hingga menyambungkan Kenya dan negara-negara tetangga seperti Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, Uganda, Burundi, dan Etiopia.

"Jalur kereta api ini merupakan tanda telah dibukanya lembaran baru dalam sejarah negeri ini," kata Presiden Kenyatta di stasiun Mombasa.

"Sejarah dibuka pada 122 tahun lalu ketika Inggris membuka jalur kereta ke antah berantah, sehingga saat itu disebut 'Lunatic Express'," ujar Kenyatta.

"Dan kini kita rayakan Madaraka Express yang akan mulai membentuk kisah baru Kenya untuk 100 tahun ke depan," lanjut dia.

Jaringan kereta api ini adalah proyek infrastruktur terbesar di Kenya sejak negeri itu merdeka pada 1963. Biaya pembangunan jaringan kereta api ini mencapai 3,2 miliar dolar yang sebagian besar disokong China.

Para pendukung proyek ini optimistis jaringan kereta api baru ini akan dengan cepat membawa keuntungan ekonomi sehingga sebanding dengan nilai proyeknya.

Menteri Transportasi Kenya James Macharia kepada Al Jazeera mengatakan, jaringan kereta api ini diharapkan bisa menambah GDP Kenya hingga 1,5 persen.

Dengan kenaikan GDP sebesar itu, lanjut Macharia, maka Kenya bisa mengembalikan pinjaman ke China dalam waktu empat tahun.

"Nampaknya itu (proyeksi GDP) adalah harapan yang terlalu berlebihan," kata pakar ekonomi Kwame Owino kepada AFP.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com