Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filipina Serukan Agar Kelompok Teroris di Marawi Menyerah

Kompas.com - 30/05/2017, 12:58 WIB

MARAWI, KOMPAS.com - Otoritas Filipina, Selasa (30/5/2017), mengeluarkan seruan agar para teroris Maute yang menduduki sebagai wilayah di selatan negeri itu untuk menyerah.

Seruan itu dikeluarkan demi kepentingan warga sipil yang terjepit dan terjebak di tengah pertempuran antara pasukan pemerintah dan para teroris.

Baca: Sedikitnya 2.000 Orang Masih Terjebak di Dalam Kota Marawi
 
Seperti diberitakan AFP, lebih dari 100 orang tewas dalam pertempuran yang dimulai pada hari Selasa pekan lalu.

Ketika itu, orang-orang bersenjata mengibar-ngibarkan bendera hitam dari kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), yang kemudian mengamuk di Kota Marawi

Marawi adalah kota di Pulau Mindanao, yang berada di bagian selatan Filipina dengan penduduk mayoritas Muslim. 

Baca: Benarkah Kelompok Teroris Maute Telah Kuasai Kota Marawi?

Tak lama setelah itu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan status darurat militer di seluruh wilayah selatan Mindanao, di mana bermukim tak kurang dari 20 juta jiwa.

Namun ternyata, kelompok garis keras yang semua diperkirakan hanya berjumlah 100 orang, mampu bertahan delapan hari di tengah serangan udara yang intens dan pertarungan di jalan-jalan. 

Kondisi itulah yang mendorong Pemerintah Filipina mengeluarkan seruan agar para teroris itu menyerah. 

"Kami memberi mereka kesempatan untuk menyerah. Masih ada kesempatan untuk meletakkan senjata Anda," kata Jurubicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla melalui siaran radio DZBB.

"Jika Anda melakukan itu, akan lebih baik sehingga tidak ada orang lain yang terseret ke dalam ini, tidak ada lagi bangunan yang akan hancur."

Ketika ditanya mengapa pemerintah mengeluarkan seruan menyerah, Jurubicara Kepresidenan Ernesto Abella mengatakan, hal itu demi mengurangi dampak kerusakan di lapangan dan pengaruh kepada warga sipil. 

Terkait keberadaan 2.000 warga yang terjebak di daerah yang dikuasai teroris, pemerintah setempat, dan Komite Internasional Palang Merah, menyuarakan kekhawatiran bahwa mereka ditangkap dalam serangan bom atau baku tembak.

Bahkan, para teroris pun menculik seorang pastor dan menyandera 14 orang lainnya pada awal krisis, dan nasib mereka tetap tidak diketahui hingga kini.

Baca: Selain Bakar Gereja, Kelompok Militan Culik Pastor dari Kota Marawi

Helikopter menembakkan roket ke kota yang dikuasai oleh teroris sepanjang Selasa pagi.

Asap hitam mengudara dari bangunan-bangunan yang terhantam roket. Kesaksian itu disampaikan seorang wartawan AFP yang berada di Marawi.

Orang-orang bersenjata tersebut didukung oleh sejumlah teroris dari negara tetangga termasuk Malaysia, Indonesia, dan Singapura.

Kekerasan dimulai ketika puluhan pria bersenjata mengamuk karena menanggapi upaya pasukan keamanan untuk menangkap Isnilon Hapilon, seorang militan veteran Filipina yang dianggap sebagai pemimpin lokal ISIS.

Baca: Apa yang Terjadi di Marawi, dan Siapa Isnilon Hapilon?

Hapilon, anggota senior kelompok Abu Sayyaf, berada dalam daftar teroris yang paling dicari oleh Pemerintah Amerika Serikat.

Dia dilindungi di Marawi oleh kelompok Maute, yang telah berjanji setia kepada ISIS.

Sementara iru, lebih dari 100 narapidana dari dua penjara Marawi lolos pada awal konflik.

Pihak militer menduga sebagian pelarian dari kedua penjara itu telah bergabung dalam pertempuran tersebut.

Baca: Panglima Militer Filipina Sebut Seorang Teroris WNI Tewas di Marawi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com