Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Hezbollah Rayakan Mundurnya Tentara Israel

Kompas.com - 26/05/2017, 19:00 WIB

Sabuk pengamanan itu memiliki luas beberapa mil dan mencakup 10 persen dari wilayah Lebanon. Di kawasan itu terdapat 150.000 orang yang tinggal di 67 desa dan kota.

Penduduk di kawasan itu terdiri atas warga pemeluk Syiah, Maronit, dan Druze yang tinggal di kota-kota seperti Hasbaya dan Marjayoun.

Meski sukses menyingkirkan PLO dari Lebanon, invasi ini kemudian membuat Israel berkonflik dengan milisi-milisi Syiah Lebanon seperti Hezbollah dan Amal.

Selama bertahun-tahun konflik, korban yang berjatuhan di kedua pihak semakin tinggi. Selain karena menggunakan persenjataan modern, taktik yang digunakan Hezbollah juga semakin berkembang.

Pada awal 1990-an, Hezbollah dengan bantuan Suriah dan Iran menjelma menjadi sebuah kelompok politik dan bersenjata terkuat di Lebanon Selatan.

Pada 2000, dalam kampanyenya, Ehud Barak yang kemudian menjadi perdana menteri Israel menjanjikan penarikan mundur pasukannya dari Lebanon Selatan paling lama dalam waktu satu tahun.

Janji ini sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 425 yang dikeluarkan pada 1978 yang menyerukan agar Israel segera menarik pasukannya dari Lebanon Selatan.

Selain itu DK PBB juga menyerukan pembentukan Pasukan Interim PBB di Lebanon (UNIFIL).

Resolusi itu didukung 12 negara dengan Cekoslovakia dan Uni Soviet memilih abstain dan China tidak berpartisipasi dalam voting.

Penarikan mundur pasukan Israel ini langsung mengakibatkan runtuhnya Tentara Lebanon Selatan (SLA).

Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Mata-mata AS Ditembak Uni Soviet

Meski telah menarik mundur pasukannya, pemerintah Lebanon dan Hezbollah belum menganggap masalah ini usai karena Israel belum mengembalikan Peternakan Sheeba yang didudukinya.

Hasil lain dari penarikan mundur pasukan Israel adalah Hezbollah semakin memonopoli kendali militer dan sipil di sisi selatan Lebanon.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com