MANILA, KOMPAS.com - Presiden Filipina, Rabu (23/5/2017) memperingatkan bahwa darurat militer yang diterapkannya di Mindanao akan sangat keras dan mirip kediktatoran.
Duterte mengumumkan peneraman darurat militer di Mindanao, kawasan dengan 20 juta penduduk, setelah pada Selasa (22/5/2017) kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS menyerang kota Marawi.
Baca: Presiden Duterte Tetapkan Darurat Militer di Pulau Mindanao
Akibatnya baku tembak pecah dengan tentara yang mengakibatkan tiga personel militer tewas dan sejumlah bangunan dibakar termasuk satu gereja Katolik.
"Saudara-saudaraku bangsa Filipina, jangan takut," kata Duterte di sela-sela kunjungan ke Moskwa yang diakhiri lebih cepat demi menangani krisis ini.
Duterte kepada rakyat Filipina mengatakan, dia akan bersikap sangat keras terhadap terorisme yang mengancam Mindanao.
Dia bahkan menyamakan darurat militer yang diterapkannya dengan kondisi serupa di zaman Presiden Ferdinand Marcos yang kemudian memicu aksi massa yang menggulingkannya.
"Ini tak berbeda seperti yang pernah diterapkan Presiden Marcos," ujar Duterte sambil mengingatkan bahwa dalam kampanye dia berjanji untuk bersikap keras terhadap para teroris.
"Apa yang saya katakan kepada semua orang, jangan paksa saya berbuat ini. Saya harus menjaga kelangsungan Republik Filipina dan keselamatan rakyatnya," tambah dia.
Dia menambahkan, jangka waktu pemberlakuan darurat militer di Mindanao bisa mencapai satu tahun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.