Perjalanan karir politik mantan anggota Kongres AS dari Partai Demokrat itu tergelincir setelah terungkapnya serangkaian skandal berupa percakapan seksual yang tak pantas oleh Weiner dengan para perempuan secara daring (online).
Penyelidikan atas percakapan bertukar pesan dengan remaja putri berusia 15 tahun tersebut juga mempengaruhi hari-hari terakhir kampanye Presiden AS tahun lalu.
Agen-agen federal, yang menyita komputer jinjing milik Weiner, menemukan ada sejumlah surat elektronik yang berasal dari istri Weiner, Huma Abedin.
Huma adalah seorang pembantu senior Hillary Clinton, yang pada 2016 merupakan kandidat presiden dari Partai Demokrat.
Akibatnya, Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) AS saat itu, James Comey, mengumumkan pada Oktober lalu bahwa FBI melakukan pemeriksaan terhadap pesan-pesan tersebut untuk menentukan apakah penyelidikan terhadap penangangan koresponden resmi kubu Hillary akan dibuka kembali.
Baca: Guru Wanita Ini Berhubungan Seks dengan Siswanya 50 Kali
Penyelidikan terhadap kasus Weiner muncul setelah Daily Mail, surat kabar Inggris, mempublikasikan hasil wawancara dengan remaja asal North Caroline itu tahun lalu.
Weiner, yang menjadi wakil New York City selama 12 tahun di DPR AS, mengundurkan diri pada 2011 setelah sebuah foto cabul muncul di akun Twitter miliknya.
Pada awalnya, Weiner mengelak dengan menyatakan bahwa akunnya itu diretas tapi akhirnya ia mengaku pernah mengirimkan gambar tersebut, selain pesan-pesan tak senonoh kepada sejumlah perempuan.
Dua tahun kemudian, Weiner mengumumkan pencalonannya sebagai wali Kota New York namun ia terdepak dari persaingan ketika lebih banyak pesan cabul bermunculan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.