Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akui Salah Terkait "Pesan Cabul", Mantan Anggota Kongres AS Menangis

Kompas.com - 20/05/2017, 07:00 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com – Mantan anggota Kongres Amerika Serikat (AS), Anthony Weiner, menangis di pengadilan federal, Jumat (19/5/2017) waktu setempat.

Hal itu terjadi ketika Weiner mengaku bersalah bahwa telah ia telah mengirimkan pesan-pesan dan gambar-gambar tak senonoh secara ekplisit kepada seorang remaja putri.

Sidang itu sekaligus mengakhiri penyelidikan atas skandal pesan cabul yang sempat mewarnai pemilihan Presiden AS pada November 2016, demikian dilaporkan Reuters.

Dengan mengenakan jas berwarna biru tua, dasi merah marun, dan cincin nikah, Weiner (52), berbicara sambil menangis , menceritakan prilakunya di depan hakim Distrik Loretta Preska di New York City.

"Saya mempunyai penyakit, namun saya tidak mempunyai alasan," kata Weiner, meminta maaf kepada remaja putri berusia 15 tahun yang ia kirimi gambar dan pesan berkonten pornografi tahun lalu.

Atas dakwaan bahwa ia mengirimkan pesan cabul kepada seorang anak di bawah umur, Weiner diancam hukuman maksimal 10 tahun di penjara.

Baca: "Sexting" pada Remaja Picu Perilaku Seksual Berisiko

Namun, tampaknya hukuman yang akan diterimanya akan kurang dari 10 tahun.

Sebagai bagian dari kesepakatan permohonannya, jaksa federal mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan hukuman antara 21 bulan hingga 27 bulan sebagai masa yang "adil dan sesuai."

Hakim Distrik AS Denise Cote akan memutuskan hukuman bagi Weiner pada 8 September.

Perjalanan karir politik mantan anggota Kongres AS dari Partai Demokrat itu tergelincir setelah terungkapnya serangkaian skandal berupa percakapan seksual yang tak pantas oleh Weiner dengan para perempuan secara daring (online).

Penyelidikan atas percakapan bertukar pesan dengan remaja putri berusia 15 tahun tersebut juga mempengaruhi hari-hari terakhir kampanye Presiden AS tahun lalu.

Agen-agen federal, yang menyita komputer jinjing milik Weiner, menemukan ada sejumlah surat elektronik yang berasal dari istri Weiner, Huma Abedin.

Huma adalah seorang pembantu senior Hillary Clinton, yang pada 2016 merupakan kandidat presiden dari Partai Demokrat.

Akibatnya, Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) AS saat itu, James Comey, mengumumkan pada Oktober lalu bahwa FBI melakukan pemeriksaan terhadap pesan-pesan tersebut untuk menentukan apakah penyelidikan terhadap penangangan koresponden resmi kubu Hillary akan dibuka kembali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com