KOMPAS.com - Setelah lebih dari delapan tahun berperang akhirnya pada 15 Mei 1988, salah satu angkatan bersenjata Uni Soviet mengakui kekalahan di Afganistan dan menarik diri dari negeri Asia Tengah itu.
Pada Desember 1979, pasukan Uni Soviet menginvasi Afganistan sebagai upaya untuk mendukung pemerintahan pro-Soviet yang terancam oleh pemberontakan internal.
Dalam waktu singkat, ribuan tentara Uni Soviet dengan berbagai peralatan tempur tercanggih saat itu masuk ke Afganistan.
Sejak saat itulah Uni Soviet harus menghadapi gerilyawan Muslim Afganistan yang sebelumnya menolak pemerintahan komunis di negeri itu.
Selama delapan tahun berikutnya kedua kubu bertempur memperebutkan kendali di negeri itu, dan keduanya sama-sama tak pernah mendapatkan kemenangan menentukan dalam perang panjang itu.
Bagi Uni Soviet, intervensi militer di Afganistan ini terbukti sangat mahal dalam banyak hal, salah satunya adalah jumlah korban tewas di antara para prajuritnya.
Antara 25 Desember 1979 hingga 15 Februari 1989 secara total hampir 15.000 personel militer dari sekitar 620.000 personel yang pernah bertugas di Afganistan.
Selain itu, Uni Soviet juga kehilangan 451 pesawat terbang, 147 tank, 1.314 kendaraan lapis baja, 433 senjata artileri, dan 11.369 truk.
Sementara di sisi Afganistan, kehancuran dan korban jiwa jauh lebih besar. Jumlah warga sipil yang tewas diperkirakan antara 562.000 hingga 2 juta orang.
Sementara sebanyak 5-10 juta warga Afganistan mengungsi ke Pakistan dan Iran. Sebanyak sepertiga populasi negeri itu kehilangan tempat tinggalnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.